Mohon tunggu...
Arke
Arke Mohon Tunggu... karyawan swasta -

2 + 2 = 5

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kisah Mengharukan Awal-awal Menjadi TKI di Saudi

5 September 2016   22:26 Diperbarui: 5 September 2016   22:46 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan bermaksud untuk mencari simpati ataupun biar dipuji sebagai PKI eh TKI yang penyabar lagi penyayang, namun jujur serta iklas dimari ane hanya ingin share beberapa kisah mengharukan saat awal awal menjelma menjadi tenaga kerja yang kudu nguli di negara Arab Saudi. Menjadi TKI itu bukan pilihan, bukan pula nasib maupun kadir, eh takdir. Memang manusia tidak akan bisa melawan takdir, namun mampu memperbaikinya dengan jalan merubah hidupnya agar menjadi lebih baik. Kok jadi kayak acaranya Mario Teguh sih? Halah. Ini kan tentang ane!

Skip....

Beberapa kisah ini super mengharukan, jadi tolong saat kalian menitikkan air mata karena terbawa alur kisahnya, sebaiknya banyak banyak baca Al Fatihah bagi yang ngerti. Yang kagak ngerti cukup hong wilaheng aje gak apa apa.

Minggu pertama di Arab Saudi itu masih menyenangkan, banyak hal hal baru maupun pemandangan mengasyikkan yang tidak pernah ane jumpai di kampung. Maklumlah ane orang kampung pelosok yang bener bener ndeso, sekalinya ke warnet itupun patungan. Minggu kedua masih fine fine saja sampe minggu ketiga. Nah, menginjak bulan pertama sampai bulan ketiga inilah terasa begitu berat, segala hal yang dirindukan muncul ke permukaan, orang orang terkasih yang dicinta silih berganti terbayang mengisi hari hari. Hiks.

Di bulan pertama ane yang masih bego dan sampai sekarangpun tetep bego bin dongok juga pekok, suatu hari ke toko guna mencari rokok. Pas keluar dari pintu toko tanpa sengaja ane nabrak orang arab yang kebetulan berpapasan mau masuk toko.

Gubrakkk!

Dengan wajah ketakutan dan cengar cengir ane bilang sori. Tapi orang arabnye diem aje, malah melotot. Karena bingung bijimane untuk mengucap maaf, anepun teringat sesuatu. "Minal aidzin wal faizin wan, mohon maap laer dan bathin yak?". Orang arab tadi cuma ngeloyor, mungkin misuh misuh.

Di bulan kedua ane menangis sejadi jadinya setelah pulang dari masjid selepas sholat jumat. Beberapa sohib ane pun mencoba menenangkan ane, dan kepo ingin tahu bab pasal apakah yang membuat orang gendheng ini sampai menangis. Dengan jujur ane ngejawab bahwa ane menangis karena mendengar khutbah jumat yang disampaikan oleh ulama setempat.

"Subhanalloh arkeee... Kamu membuat kami terharu. Ente bisa menangis mendengar khutbah sholat jumat, kami iri sama ente". Ane jawab lagi, "ane nangis bukan karena menghayati khutbahnya bro, jujur ane gak ngerti ape yang diomongin sama pengkhutbahnye. Pan pake bahasa arab?".  Mendengar jawaban polos ane, beberapa sohib sempat salto berjamaah.

Demikianlah beberapa kisah mengharukan ane saat awal awal menjadi TKI di Saudi. Apabila ade kekurangan harap dimaklumi. Ane pan gendheng akut. Crottttt!

Salam kereria,,,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun