"Gawat kenapa bang?". Sang wanita terkejut dengan alis terjungkat mendengar kata kata Dupret.
"Gawat. Orang orang dealer yang diketuai oleh Benyu bin Febrianov bin Dwigrepong bin Nueystres bin Revaputra Rampisela tahu persembunyian kita berdua". Jawab Dupret dengan bibir bergetar, gigi bergemeletakan, dada turun naik, nafas tersengal sengal.
"Loh bang? Setahu dinda debt collectornya cuma dua orang, itu kok banyak amat?". Tanya sang wanita sembari menaikkan lingerienya agak ke atas.
"Itu urutan nasabnya dinda. Jadi si fulan bin fulan gitu ala ala arab". Jawab Dupret menjelaskan yang tentu saja tetap tidak dimengerti oleh si wanita yang cuma jebolan TK swasta, itupun DO.
Sementara di tempat lain, Markonah dan Agil yang sedang dalam perjalanan ke barat untuk mengambil kitab suci. Eh, perjalanan dalam rangka menyusuri jejak Dupret dikagetkan dengan bunyi ringtone tarling Indramayuan dari stupidphone nya Markonah yang langsung saja menepikan motornya dan berhenti di bahu jalan.
"Telpon dari siapa Kon. Tolong dilotspiker bene inyonge melu krungu". Pinta si Agil dengan logat Irlandianya yang ngapak.
"Halo. Siapa ini?". Suara cempreng Markonah menyapa sang penelpon.
"Halo. Iya ini saya mbake. Mbake masih ingat sama saya ndak?". Balas suara di balik telepon.
"Lah, memangnya saya memori card disuruh ngingat ingat?". Bentak Markonah agak kesal.
"Ini saya mbake, Benyu bin Febrianov bin Dwigrepong bin Nueystres bin Revaputra Rampisela. Kabag penitipan helm dari dealer 'sopo nyono".
"Owalah Benyuuu! Saya kan sudah bilang berkali kali kalau saya akan melunasi motor setelah saya mintakan duit sama suami siri saya. Lah ini belum juga genap duapuluh hari sejak kamu nagih sekarang sudah nagih lagi!". Hampir saja Markonah membanting stupidphone nya kalau tidak ingat dia belum menyelesaikan game candy crush yang setiap malem jumat dimainkannya.