Mohon tunggu...
Arka Ardhyansah
Arka Ardhyansah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Butuh Arka! : arkardhy@protonmail.ch // Tulislah apa yang ingin kau tulis, tak harus sekarang di gunakan mungkin berguna di kemudian hari, jangan di pikirkan tuangkan saja semua dalam barisan kata-kata, Aku Berpikir maka aku ada. #CatatanArka //

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Terimakasih Pejuang Medis, Kamu Kuat & Hebat!

23 Maret 2020   01:08 Diperbarui: 23 Maret 2020   01:08 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai, udah lama banget nggak nulis lagi di Kompasiana, agak lumayan capek dengan ragam politik di tahun lalu, sampai lupa juga membuat Catatan Akhir Tahun 2019, but mungkin nanti akan dibuat, CAT19 Late ya? haha 

Tapi kali ini kita nggak bakalan bahas ke-nonaktifkan akun ini tahun lalu atau awal tahun ini, di postingan artikel pertama akun ini di 2020, mau berterimakasih kepada mereka yang telah berjuang demi kita semua.

Untuk Kalian Pejuang Medis, Garda Terdepan!

(Arka Ardhyansah, 23/03/19)

Sedang marak diberitakan, khalayak ramai saling tuduh dan menyalahkan

Hingar bingar keramaian tiba-tiba tergantikan, sepi jalanan menjadi tanda pembatasan.

Walau tak jarang, beberapa tokoh lalai dalam mengambil keputusan.

Ada banyak yang masih tak mengindahkan, wara-wiri di jalanan.

Beberapa melakukan pembelian tak berharga, mencoba menyelamatkan diri sendiri.

Tanpa melihat mereka yang juga membutuhkan, egoisme merampas rasa kemanusiaan.

Disaat gentingnya Negara, para pejabat seakan tak mau tahu.

Presiden terpleset dengan kabinetnya, Oposisi pun juga sama mengkritik tanpa solusi.

Bahkan ada yang menjadi duri dalam daging, layaknya singa meraung mencari peran di panggung politik rampasan.

Sedangkan Rakyat bingung tak karuan, harus percaya kepada siapa untuk bertahan.

Media buta arah dan tujuan, ada yang memburu page views serta rating.

Ada yang masih teguh memberitakan fakta dan data.

Di lain sisi, ada mereka yang bekerja tak mengenal letih.

Mereka yang selalu terdepan dalam memberi kasih.

Para tenaga medis, yang bekerja tanpa pamrih.

Mendekat, melihat, mengamati dan mengobati.

Berusaha sekuat hati tak menganis, menahan air mata jatuh menjadi tangis.

Lalu kita yang dirumah, tak juga patut dengan aturan.

Walau memang tak bisa terelakkan mereka yang uangnya jatahnya harian.

Negara tak bisa hadir menjamin seluruh hajat hidup masyarakat dibawah garis kemiskinan.

Sila keadilan untuk seluruh rakyat Indonesia kerap kali hanya perkataan dan tulisan.

Lantas, kini tenaga medis jatuh bangun tak karuan, ada yang meninggalkan kita duluan.

Sosok Pahlawan dengan jasa yang begitu Indah, harus gugur di medan pertempuran.

Pertempuran tanpa jeda, Pertempuran tak tau apa yang mereka lawan, Seberapa banyak musuh di depan.

Untuk mereka yang sedang berjuang, tolong ringankan nafas tenaga medis kita kawan.

Dengan kalian berdiam di rumah, dan biarkan mereka bekerja dengan gagah.

Mengahadapi isu pandemi yang begitu menyita waktu dan segala rasa lelah.

Tak usah membabi buta dalam menyalahkan Pemerintah.

Cukup melihat diri di depan kaca, sudah melakukan apa untuk negara?

Jangan berdiam diri, berusaha melakukan yang terbaik dari rumah.

Dengan sedikit berdonasi, untuk alat medis yang berkurang karena di jual oknum yang mengambil kesempatan.

Di kala tenaga medis maju ke medan perang, mereka menikmati uang dari alat medis yang ditimbun dan dijual.

Padahal sebelumnya negara ini masih tertawa, membandingkan Corona dengan penyakit lainnya.

Pemerintahnya sesumbar tak karuan, bahkan masyarakatnya pun sama membuatnya menjadi macam dagelan.

Saat kini sudah sampai di depan mata, tinggal sesal di dalam kata.

Saat semua telah terjadi, hanya ada rasa bersalah dalam dada.

Sesaknya tak bisa dirasa, karena egois merasuk menyita ruang kewarasan.

Menyisahkan pelik dalam roda hidup yang harus terus berjalan.

Mereka yang berjuang mati-matian seakan tak berharga di mata yang lain.

Hanya karena sibuk menyelamatkan diri sendiri, sampai lupa saling bergandeng tangan bersama-sama.

Dalam gelap gulita derita, mari berdoa bagi mereka yang mempertaruhkan hidupnya.

Menyelamatkan ratusan nyawa yang sedang berjuang dalam sisa nafas terakhirnya.

Mari saling mengerti dan mengkasihi, karena sejatinya hidup tak untuk sendiri.

Jika memang rasa kemanusiaanmu masih ada, mari melangkah bersama.

Jika rasa kemanusiaanmu telah tiada, maka biarkanlah semua berlarut adanya.

Semua telah berusaha, siapa yang salah bukan yang utama, tapi berjuang dan mencari solusi itu yang utama.

Maka, hentikan saling salah menyalahkan mari bergandeng tangan hadapi ini dengan senyuman.

Untuk seluruh tenaga medis yang telah menaruh seluruh tenaga untuk kalian,

Berikan doa yang terbaik, semoga mereka akan selalu sehat dan siap menajaga negeri kita tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun