Mohon tunggu...
Arka Ardhyansah
Arka Ardhyansah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Butuh Arka! : arkardhy@protonmail.ch // Tulislah apa yang ingin kau tulis, tak harus sekarang di gunakan mungkin berguna di kemudian hari, jangan di pikirkan tuangkan saja semua dalam barisan kata-kata, Aku Berpikir maka aku ada. #CatatanArka //

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Second Chance - Kesempatan Kedua | 1

16 Agustus 2017   21:17 Diperbarui: 8 April 2018   20:06 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang paling kita takutkan? Kehilangan atau terpaksa mengikhlaskan itulah yang kini ia rasakan, kehilangan dan harus terpaksa mengikhlaskan ketika seseorang yang ia cintai memilih jalan yang berbeda, menaiki kereta yang sama namun harus berhenti di stasiun yang berbeda.

Seperti halnya waktu yang tak bisa di tebak begitupula isi hati yang terus menjadi sebuah misteri nan panjang yang begitu menantang untuk di pecahkan, kini ia hanya bisa menahan sendu menahan air matanya untuk tak terjatuh saat melihat orang yang dulu dan kini masih begitu ia cintai memilih meninggalkan dan berjalan bersama orang lain, tubuhnya begitu lemas sekarang, kepalanya hanya memikirkan hal-hal yang tak mungkin terjadi berharap bahwa kejadian hari ini adalah bunga tidurnya sebuah mimpi buruk yang tak pernah ia inginkan.

Ia menggengam erat, sebatang coklat lalu meremasnya secara perlahan membuangnya ke tempat sampah dan ia berjalan keluar dari cafe saat itu juga, ia masih mengepalkan tangan tanda emosinya belum berakhir rasa marah,sedih,kecewa yang menjadi satu menyelimuti hatinya hingga ia tak sadar telah beberapa kali memukul-mukul kaca mobilnya sendiri di tengah hujan yang mengguyur sore hari itu, senja enggan tuk terlihat tertutup awan hitam pekat dan buliran air yang terus mengguyur berjatuhan membasahi tubuhnya.

"Ray, apaan sih heh gue tungguin juga dari tadi, lu pulang ngampusbelum pulang juga? ngapain di cafe?"

"Heh gue bicara sama elu kali ray, denger nggak sih ini ujan bro. Untung aja gue bawa payung yah, walaupun tadi supir taksinya baik banget ngasih payung."

"Fyuh bisa diem nggak?" 

"Oke tapi bisa dong, sekarang masuk mobil dulu ini bisa-bisa basah kuyup kita di sini."

"Nih kuncinya, lu yang nyetir"

"Lah tumben kok gue, biasanya kan lu lebih suka bawa sendiri."

Tanpa memperdulikan temannya ia memasuki mobil dengan cepat.

"eh ini anak maen masuk mobil aja napa sih, diem mulu kek patung."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun