Mohon tunggu...
Hendra Arkan
Hendra Arkan Mohon Tunggu... -

"... berjalan-jalan dan bersenang-senang,..."\r\n\r\nkarena setiap pertemuan itu menyenangkan, bukan? \r\n(email/blog: hendraarkan@gmail.com/\r\ndenmasgundul.wordpress.com)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tamu Di Padepokan Sokalima

29 Januari 2012   16:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:19 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*satu cuplikan cerita dari Antologi Sang Ksatria

Pagi itu burung berkicau nyaring. Langit yang semalam terselimuti gelapnya malam mulai menggeliat. Berkas-berkas sinar kemerahan tampak di ufuk timur. Awan-awan yang berarak mulai sibuk, ditandai dengan pergerakannya menuju arah utara.

Beberapa ayam terdengar berkokok menandakan waktunya bagi setiap manusia untuk keluar dari bilik tidurnya. Memulai pekerjaan atau sekedar aktivitas rutin di permulaan hari. Terdengar suara kendi-kendi air yang diisi air, menandakan geliat kehidupan yang telah bergerak di padepokan Sokalima. Sebuah padepokan di wilayah Hastina tempat bermukimnya seorang sakti yang bernama Maharesi Drona.

Seorang Begawan yang diangkat menjadi guru kerajaan dari kerajaan besar Hastina. Seorang Begawan yang meski berwajah cacat dan bertubuh timpang, namun menyimpan kesaktian yang tiada banding. Hasil dari pencarian ilmu jasmani dan rohaniah sepanjang hidupnya.

Tepat ketika seorang cantrik dari padepokan tersebut keluar untuk mencari kayu bakar di hutan, tampak olehnya dua sosok manusia berjalan mendekat. Kehadiran sosok tersebut mengejutkan si cantrik, karena sepagi ini sudah ada orang yang datang berkunjung.

Ditunggunya kedua sosok tersebut mendekat lalu dengan sopan disapanya mereka,

“Sugeng enjang kisanak, siapa gerangan anda berdua sepagi ini telah sowan ke padepokan kami yang sederhana ini?”

“Sugeng enjang, paman,” jawab salah satu sosok yang ternyata seorang laki-laki berwajah rupawan, meski berbaju sederhana.

“Apakah benar disini letak padepokan Sokalima? Tempat tinggal dari Maharesi Drona?” lanjut laki-laki rupawan itu.

“Betul sekali kisanak,” jawab si cantrik.

“Ah, syukurlah akhirnya kutemukan juga. Maaf paman, apakah paman sudi mengantar kami menghadap Maharesi Drona? Kedatangan kami dari jauh hendak bertemu beliau,” jelas si laki-laki.

“Oh jadi raden hendak bertemu dengan gusti Resi, perkenalkan nama saya Ki Kebo Soka, mari masuk gusti Resi ada di pendopo depan,”

Setelah saling berkenalan sesuai adat sopan santun, dibawanya kedua tamu dari jauh tersebut menghadap sang Resi. Sedang di pendopo tampak sang Resi sedang bersantai menikmati pagi, di depannya terdapat secangkir jahe hangat dan beberapa makanan kecil.

Resi Drona tampak heran akan kedatangan cantriknya yang seharusnya sudah berangkat ke hutan mencari kayu bakar. Ketika hendak ditanyanya Ki Kebo Soka sang resi tampak terkejut karena rupanya ada dua orang asing yang datang bersamanya.

“Siapa gerangan dua orang asing yang datang bersama Ki Kebo Soka itu?” tanya Resi Drona dalam hatinya.

“Sugeng enjang gusti Resi, maafkan hamba sepagi ini sudah datang menghadap,” kata Ki Kebo Soka.

“Hm, Ki Kebo Soka, ada apa gerangan sepagi ini engkau sudah datang menghadap? Bukankah seharusnya engkau pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar? Lalu siapakah kedua orang tamu yang engkau bawa itu?” tanya sang Resi.

“Ampun gusti resi, hamba sudah hendak berangkat mencari kayu bakar ketika di halaman depan bertemu dua orang perantau ini," jelas Ki Kebo Soka.

“Hm, begitu rupanya. Baiklah ki, persilahkan mereka duduk, lalu siapkan hidangan ala kadarnya untuk menyambut mereka lalu segeralah lanjutkan pekerjaanmu sebelum hari makin siang.”

“Sendiko, gusti Resi” jawab Ki Kebo Soka sambil beringsut pergi dari pendopo.

Sepeninggal Ki Kebo Soka, Resi Drona tampak heran dengan kedua tamunya ini. Si laki-laki yang rupawan mengingatkannya pada satu-satunya murid kesayangannya Raden Arjuna. Sedang pada si perempuan, dia melihat kecantikan serupa ibunya yang seorang bidadari.

“Siapakah gerangan pangeran rupawan ini?” batin Resi Drona.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun