Dalam satu sisi, barang-barang dari negara adikuasa seperti Cina yang sangat ramai di Indonesia akan menjadi lebih murah. Masyarakat Indonesia akan cenderung melihat harga-harga yang menurun di masa depan.
Namun, kekhawatiran yang diekspresikan India juga harus dipertimbangkan. Perjanjian perdangangan ini tentunya akan membuka pintu yang lebih lebar bagi negara lain untuk melimpahkan barangnya ke Indonesia.
Oleh karena itu, dikhawatirkan barang-barang dalam negeri kalah bersaing. Inilah dilema dari setiap perjanjian perdagangan. Harga yang murah atau membeli produk dalam negeri yang cenderung lebih mahal?
Pengurangan 90% itu akan diberlakukan selama 20 tahun setelah semua anggota menandatangani atau mengratifikasi RCEP di negara masing-masing. Dan melihat dari skala perjanjian tersebut, RCEP diprediksi untuk memiliki dampak ekonomi yang nyata bagi anggotanya.Â
Sebuah studi oleh Peterson Institute for International Economics mengatakan bahwa, RCEP akan meningkatkan PDB global pada tahun 2030 sebesar $186 miliar per tahun jika dibandingkan dengan TPP yaitu sekitar $147 miliar per tahun.
Keuntungan terbesar dari RCEP akan dirasakan oleh Cina, Jepang, serta Korea Selatan karena kekuatannya untuk ekspor barang. Dan konon, ketiga negara tersebut juga sedang mendiskusikan perjanjian perdagangan trilateral sendiri.
Namun ingat, perjanjian ini hanya berlaku jika seluruh 15 negara anggota menyetujui dan menandatangani. Proses ini bisa dibilang cukup lama jika masih ada sentimen anti-Cina dan anti perdagangan antara anggota. Kita hanya bisa berharap yang terbaik untuk masa depan.
Bagaimana menurut kalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H