Mohon tunggu...
Arkana Kenza
Arkana Kenza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wartinah: Pelestari Mainan Kuno di Malioboro

3 Desember 2023   21:39 Diperbarui: 4 Desember 2023   11:37 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malioboro merupakan salah satu destinasi wajib bagi para pelancong yang mengunjungi kota Yogyakarta, hal ini tentu menjadikan Malioboro sebagai salah satu ladang bisnis bagi para penjual buah tangan atau oleh-oleh baik berupa makanan, pakaian hingga cinderamata. Hal inilah yang membuat Wartinah atau akrab disapa bu War memanfaatkan Malioboro sebagai tempat ia mencari pundi-pundi rupiah.

Bu War sendiri telah berjualan di area Malioboro sejak tahun 90an, sudah banyak bidang usaha yang ia geluti sejak awal berjualan di Malioboro, mulai dari berjualan salak, tas karung hingga minuman sudah pernah ia rasakan. Hingga pada tahun 2005 ia mencoba untuk berjualan mainan kuno atau mainan jadul dengan cara berkeliling yang mana pada saat itu pedagang mainan jadul lebih banyak berada di dalam area pasar Beringharjo.

"Saya jualan di Malioboro ini sudah dari tahun 90an mas, dari awal jualan gonta ganti saya mas, yo jualan salak, tas, sampe jualan minuman yo pernah." Tuturnya, senin (27/11/2023)

Bu War mengatakan bahwa mainan yang dijualnya ada yang merupakan produksinya sendiri, setiap harinya putra bu War membuat beberapa jenis mainan diantaranya suling dan peluit bambu. Selain memproduksi sendiri, beberapa mainan yang ia jajakan juga ada yang mengambil dari orang seperti ketapel atau plinthengan dan mobil-mobilan kayu.

"jenis mainannya banyak mas, tapi nek yang tak bikin sendiri itu ada suling, kinciran  sama peluit, sisane yo kebanyakan ngambil dari orang sih mas" katanya.

Bu War menambahkan bahwa ia memberikan harga mulai dari 15 sampai 30 ribuan saja untuk mainan yang ia jajakan. Harga yang ia berikan bisa dibilang masih ramah dikantong, ia juga mengatakan harga yang diberikan sudah disesuaikan dengan para konsumennya yang rata-rata merupakan anak sekolah yang tengah mengadakan studytour. Ia juga tidak mengambil untung banyak dari mainan yang dijualnya, kerapkali ada pembeli yang menawar mainannya dan dengan senang hati bu War memberikan barangnya.

"Kalo untuk harga sih sudah sesuai sama pembeli kita mas, kan rata-rata yang beli anak studytour itu mas." Katanya.

Selain digunakan untuk mencari pundi-pundi rupiah, bu War mengatakan juga bahwa mainan jadul yang ia jajakan merupakan salah satu cara ia untuk tetap melestarikan dan mengenalkan mainan tradisional kepada generasi muda, ia tidak ingin generasi penerus bangsa justru lebih mengenal permainan gadget dibanding mainan tradisional asli Indonesia. Selain melestarikan mainan tradisional itu sendiri, bu war juga mengatakan kalau dengan dikenalnya mainan tradisional oleh generasi muda, tentu hal ini dapat berpengaruh pada tingkat pengetahuan sejarah generasi penerus bangsa.

"Saya memang jualan ini selain untuk makan ya untuk melestarikan mainan jaman cilik saya mas, biar anak sekarang engga taunya cuma gadget tok" tutupnya.

Bu War sendiri menjadi salah satu contoh bagaimana pelestarian Dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus menunggu perhatian dari pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun