Indonesia adalah negara yang berkeTuhanan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila dan semangat Bhineka Tunggal Ika. Namun nilai-nilai kebangsaan dan keberagaman dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat rusak dan hancur oleh pemikiran radikalisme dan fanatisme sempit yang mengancam persatuan dan kesatuan Rakyat Indonesia. Setiap bentuk pemikiran-pemikiran yang radikal dan fanatik sempit pasti menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup Bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan semangat Bhineka Tunggal Ika. Ironisnya terkadang pemikiran-pemikiran radikal dan fanatik sempit disampaikan oleh seseorang yang pernah menjadi figur terkemuka.
Belum lama ini bekas Menteri Komunikasi dan Informasi 2009-2014 yang juga bekas Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 2005-2010, Tifatul Sembiring melalui akun Twitter pribadinya menyerukan rasa kebencian (hate speech) dan anjuran membunuh bagi pengidap perilaku seksual menyimpang. Melihat rekam jejak Tifatul Sembiring yang pernah menjadi seorang menteri dan ketua partai politik tentu sangat disayangkan. Tifatul Sembiring yang dahulu dikenal pandai berpantun sekarang lebih pandai mengobral kebencian terhadap suatu golongan di media sosial. Kicauan Twitter Tifatul Sembiring menyangkut perilaku seksual cenderung konservatif dan radikal sehingga mengancam kebhinekaan dan keberagaman di Indonesia.
Dari peristiwa ini kita dapat menilai betapa dangkal dan subjektifnya penafsiran keagamaan Tifatul Sembiring. Banyak umat Islam yang menentang kampanye LGBT namun hanya Tifatul Sembiring yang terang-terangan menganjurkan pembunuhan kepada mereka yang mengidap perilaku seksual menyimpang boleh dibunuh. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apakah pemikiran radikal Tifatul Sembiring cerminan dari pemikiran PKS secara kelembagaan???
Jika semangat kebangsaan dan keIndonesiaan Tifatul Sembiring masih ada tentu tidak terburu-buru menganjurkan pembunuhan bagi mereka yang mengidap perilaku seksual menyimpang. Di sini letak anomali jalan pikiran Tifatul Sembiring. Jika selama ini PKS mengklaim sebagai partai dakwah seharusnya terlebih dahulu ditempuh upaya-upaya dakwah secara lisan (rehabilitasi) untuk menyadarkan bukan membinasakan. Jika pemikiran ini dibiarkan lama-lama Indonesia akan seperti Suriah dan PKS berpotensi menjadi ISIS kedua di dunia jika banyak kader PKS yang punya pemikiran radikal macam Tifatul Sembiring.
Reaksi dan tanggapan keras terhadap kicauan Tifatul Sembiring justru muncul dari Joko Anwar dan Akhmad Sahal. Berikut argumentasi Joko Anwar (sutradara film) dan Akhmad Sahal yang saya kutip dari akun Twitter pribadi mereka :
Joko Anwar: “Dear @tifsembiring, anda lebih sakit dari yang banyak orang kira”. Joko Anwar pun melaporkan tweet dari Tifatul itu ke akun Jokowi, JK, Badrodin Haiti dan Divisi Humas Polri.
Joko Anwar: “Pak @tifsembiring ujaran kebencian terkait Orientasi Seksual sudah diatur dlm surat edaran kapolri @HaitiBadrodin”
Akhmad Sahal: @sahaL_AS, “Betul kita HRS mengikuti Nabi. Dan itu via hadits. Tp banyak hadits yg perlu diteliti/dikritisi, khususnya hadits ahad. @tifsembiring"
Sahal melanjutkan “Hadits yg betul2 100% dijamin dari Nabi itu hadits mutawatir, dan itu jumlahnya sangat sedikit. Ada Ulama yg bilang kurang dari 100” kemudian Sahal menambahkan “Siapapun muslim yg mengingkari hadits mutawatir, maka dia kafir, krn menganggap Nabi berdusta. Tp lain halnya kalo hadits ahad”.
Sahal menegaskan dalam kicauannya “kalo Pak @tifsembiring hanya pake hadits itu saja, mengabaikan ushul fiqh/qaidah fiqh, pertanyaan saya: pengen ya ISIS berkuasa di RI?”
Joko Anwar pun meretweet kicauan Akhmad Sahal yang kicauannya “Bahaya banget pake satu dua hadits utk vonis hukuman mati, dan abaikan prinsip2 umum Syariah. ISIS melakukan ini!”
Saya sepakat LGBT itu fenomena sosial yang harus segera ditanggapi serius oleh negara karena merupakan ancaman bagi kelangsungan eksistensi Bangsa Indonesia tapi menyelesaikan persoalan LGBT dengan cara-cara picik dan dangkal seperti yang diwacanakan oleh Tifatul Sembiring justru juga kontraproduktif bagi PKS secara institusional.
Efek tindakan bodoh Tifatul Sembiring ini justru semakin membuat gerakan kampanye LGBT mendapat simpati dari lembaga-lembaga internasional, membuat penderita LGBT semakin menjauh dan bersembunyi dari masyarakat sehingga makin parah karena cenderung bergaul dengan sesamanya, membuat mereka semakin terdiskriminasi dan terintimidasi.
Konteks Hadits Nabi yang dijadikan landasan Tifatul Sembiring menyebarkan hate speech melalui akun pribadinya menurut penafsiran saya ‘dibunuh’ jika mereka melakukannya di muka umum dan minimal ada yang menyaksikan secara langsung bukan berdasarkan dugaan/indikasi. Mungkin maksud Tifatul baik tapi caranya salah atau memang pemikirannya yang salah (radikal), atau Tifatul sekadar pengen tenar karena sudah jarang dibicarakan di media karena tidak jadi menteri lagi… Kalau memang penafsiran dan pemikiran pribadi Tifatul Sembiring yang radikal dan tidak Pancasilais seharusnya Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPDO) PKS berikan sanksi tegas kepada Tifatul Sembiring tapi jika memang secara kelembagaan sikap PKS sama dan sebangun dengan Tifatul Sembiring maka Rakyat Indonesia yang akan memberi sanksi kepada PKS pada momentum Pemilu dan Pilkada.
Nasionalisme adalah bagian dari iman dan nasionalisme sekarang berbasis pada penegakkan hukum dan keadilan. Mari kita jaga negara dan bangsa ini bersama dari pemikiran-pemikiran radikal dan liberal yang dapat mengancam kelangsungan eksistensi bangsa kita.
Dari peristiwa dapat kita simpulkan bahwasanya ada faksi garis keras di PKS di bawah komando Tifatul Sembiring.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H