Mohon tunggu...
Arka Dhairyo
Arka Dhairyo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Hanya Penonton

Everyone feels right in their own POV. And here I am. Just watching

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Ini, untuk Apa?

23 Mei 2024   07:08 Diperbarui: 23 Mei 2024   07:16 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dahulu rumah ini sederhana. Ruang demi ruang kita bangun bersama. Anak tangga yang dulu hanyalah mimpi belaka. Tembok tembok tipis tapi menghangatkan. Semua ini tak apa, asal kulihat hangatnya rumah ini.

Saat semua tak jelas arahnya. Kita hanya punya bersama. Lewati segala hal yang menghadang. Bersama kita membangun rumah ini. Membangun anak tangga demi anak tangga. Kita gapai segala sesuatu yang tak kita sangka. Semoga kita selalu bersama

Tak sadar menimbun lebih beharga. Mengejar keinginan lebih bermakna. Mengejar mimpi sampai tak punya rasa. Seakan hidup hanya untuk menggapai keinginan diri sendiri.

Membangun rumah menjadi lebih bagus tapi sendiri-sendiri. Tembok-tembok tinggi yang sunyi mengurung kita. Anak tangga yang berlebihan jumlahnya. Mendaki terus entah mau kemana. Dan ku bertanya semua ini untuk apa.

Saat ku bertanya semua ini untuk apa? Mereka kerap mengelak, "Nanti kamu akan tahu" jawabnya. Mengejar-ngejar uang hingga lupa keluarga. Mencari seakan hidup perlu banyak uang. Seakan hidup hanya untuk bekerja.

Mengejar yang katanya rezeki hingga ujung dunia. Di prosesnya lupa menjadi manusia. Padahal manusia hanya bertangan dua. Padahal kalau rezeki pasti akan didapatkan juga.

Kasur yang luas tapi bangun sendiri. Tembok tembok tinggi ini tak lagi berarti. Baju yang mahal tapi tak menghangatkan. Mobil baru mengkilap tanpa penumpang di kiri. Rumah yang mewah tapi hanya terasa sepi. Barang mahal yang tak ada harganya. Dan sekarang kubertanya, semuanya untuk apa?

Bagaimana pun engkau berusaha. Menimbun surga yang tak bisa dibagi. Akhirnya pun kita akan mati sendiri-sendiri. Takkan ada yang akan dibawa mati. Semuanya sia-sia.

Makanan yang dulu kita makan bersama, kini hambar rasanya. Foto keluarga kini tak berani ku lihat. Mataku perih, sedih melihatnya. Kontak hening hanya sebatas nama, tak lagi berbincang. Selamat atas kesuksesan kalian. Masing-masing kalian saling bercerita. Namun tak lagi Bersama.

Harta sebanyak ini, untuk apa?
Kesuksesan setinggi ini, untuk apa?
Cepat, namun sendiri, untuk apa?
Semua ini, untuk apa?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun