Mohon tunggu...
Arka Dhairyo
Arka Dhairyo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Hanya Penonton

Everyone feels right in their own POV. And here I am. Just watching

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kudeta Besar Alam Semesta

4 April 2024   14:53 Diperbarui: 18 Mei 2024   18:46 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Manusia sudah keterlaluan bukan?" Ucap Bumi kepada dia.

"Mereka berlomba-lomba merusak seluruhnya yang ada di alam, entah demi apa?" Kata Langit.

Mereka Manusia, mereka makhluk mulia, mereka butuh uang. Mereka menari menghancurkan alam raya yang kecewa. Dibuat oleh nya malapetaka. Mereka hancurkan dunia karena mereka butuh uang untuk gali liang lahat nya.

"Tuhan telah mati, dan kita yang membunuhnya." Ucap umat manusia. Bahkan, mereka menciptakan tuhan yang baru demi membenarkan perilaku mereka. Menghancurkan dunia dan menciptakan Taman Eden mereka sendiri dengan wifi dan kamera depan. Semuanya demi surga sementara.

Tuli pada yang bicara alam. Pemimpin, para ahli, rakyat semuanya menggurui penghuni asli. Merasa lebih tau tentang alam. Akhirnya gas rumah kaca bertebaran. Flora kerasukan freon hingga tewas. Kamar berjeruji berpenghuni berbagai fauna. Mati sesak nafas tengah malam. Terlanjur melakukan hal yang tak seharusnya terjadi.

Karena nafsu mereka takkan mati. Karena nafsu mereka ada dan abadi. Dunia hancur pun mereka merasa bisa bangun kembali. Efek rumah kaca mencekik dunia. Polusi terlontar mengepung kota. Saat senja kehabisan nafas, siang malam pun gelap gulita. 

Kerja bakti menyusun neraka. Mereka miliki bahannya. Kiamat tinggal tunggu datangnya. Beberapa orang mengingatkan. Walau diludahi seribu kali. Beberapa orang berusaha. Walau sudah ditindas habis berkali-kali. Terimakasih 'kan usahanya, kita tunggu tanggal datangnya.

Ketika bumi bertanya pada penghuni nya. "Bagaimana menurut kalian?"
Burung-burung bersiul "Malapetaka!"
Hutan menatap dingin manusia.
Laut dan pegunungan kecewa.
Langit menangisi keadaan.
Kutub utara meleleh tinggalkan dunia.
Tersiarkan kabar penghancur semesta.
Manusia menyerukan "Kudeta besar alam semesta! Amalkan kudeta besar alam semesta! Kobarkan kudeta besar alam semesta!"
Pada akhirnya. Mereka, merasa paling benar, merasa paling hebat. Mereka, pembunuh dari segala pembunuh.

Maka setelah kudeta besar alam semesta mereka selesai. Setelah mereka selesai menari menghancurkan alam raya. Lagu yang mengiringi akhir dunia di kumandangkan. Bumi hampa. Manusia tewas. Neraka penuh. Dunia layak mendapatkan yang lebih baik dari manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun