Berbicara batik tidaklah asing ditelinga kita. Dari secarik kain terentang cerita batik Brebes, Jawa Tengah. Berawal dari kedatangan seorang ambtenaar pribumi dari Karesidenan Pekalongan bersama putrinya bertandang di Salem. Sang putri jatuh hati pada pemuda Salem dan mereka menetap di Desa Bentar.
"Sang putri yang pintar membatik, kemudian mengajari warga setempat. Konon itu terjadi pada tahun 1917. Tak ada bukti tertulis memang," ujar sejarawan Brebes, Wijanarto, Rabu, 3 Oktober 2018, di kantornya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Jl A Yani Brebes.
Saat itu masa revolusi 1945 daerah Salem menjadi wilayah pengungsian. Para pengungsi yang umumnya datang dari wilayah Tegal dan Pekalongan menetap di Bentar, Bentarsari dan Ciputih. Dari pengungsi Pekalongan itulah membentuk jaringan perdagangan batik Salem sekaligus produksi batik yang merupakan perpaduan antara Pekalongan dan Salem.
Jaringan pedagang batik dari Pekalongan dan Tegal dengan masyarakat Salem terbentuk. Dari merekalah kerajinan batik Salem tercipta. Mereka memberikan bantuan berupa kain, pewarna, canting dan malam untuk keperluan membatik.
Mbak Darwati salah seorang pengusaha dan pembatik muda dari Salem melalui Wijanarto menuturkan bagaimana batik-batik Salem diperjualbelikan melalui perjalanan panjang dari gunung Lio, turun ke Banjarharja dan bertemu di Tanjung sebagai pasar yang mempertemukan batik Salem dengan peminat batik lainnya. Batik Salem mulai keluar dari wilayah Salem.
Dalam peta, Salem merupakan kecamatan di Kabupaten Brebes yang berada di wilayah selatan. Posisinya berdekatan dengan dengan kecamatan  Bantarkawung dan Banjarharja. Salem merupakan salah satu dari  7 kecamatan di Kabupaten Brebes yang dipengaruhi budaya Sunda. Bahkan bahasa ibu mereka adalah bahasa Sunda.
Sangat mengesankan soal cerita gerilya batik Salem mempromosikan dirinya. Sebuah ekologi kebudayaan yang menarik di wilayah Jawa bagian barat ini. Soal pengaruh Sunda yang kuat, bisa dimaklumi jika secara geografis wilayah ini berdekatan dengan Kabupaten Kuningan.
"Salem dibangun dari ekologi budaya dan folklore Sunda" tutur Wijanarto.
Mengutip kisah gunung Segara atau Sagala yang disebut dalam Babad Pasir Sindhula. Babad itu mengaitkan tradisi lisan masyarakat Sunda lainnya seperti masyarakat Banjar Patoman, Jawa Barat. Tak hanya cerita Babad Pasir Sindhula, disebutkan Situs Pojok Tilu disebut dalam Carita Parahiyangan.
Keelokan Salem baru terkuak saat Bupati Brebes Raden Arya Tjandranegara melakukan tournee (Kunjungan) tahun 1882. Hasil perjalanan sang Bupati dimuat dalam majalah ilmiah berwibawa kala itu, Tijdschirvt voor Indische Taal Land en Volkenkundeedisi XXIX tahun 1884.
Dari perjalanan Bupati Arya Tjandranegara itu cerita batik Brebes lahir. Dari sebuah wilayah yang berada di ketinggian kurang lebih 1000 meter, batik Brebes tercipta membentuk perpaduan antara tradisi Sunda dengan tradisi Jawa. Legenda Batara Windu Buana yang begitu akrab di masyarakat Salem, membenruk keragaman budaya. Lamat-lamat  ia mengingat sebaris kata-kata: