Mohon tunggu...
Kuntoro Tayubi
Kuntoro Tayubi Mohon Tunggu... Journalist -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah ruh, dan menebar kebaikan adalah jiwaku. Bagiku kehidupan ini berproses, karena tidak ada kesempurnaan kecuali Sang Pencipta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkembangnya Motif Klasik Batik Salem

4 Maret 2018   15:49 Diperbarui: 4 Maret 2018   16:02 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap helai kain batik Salem terkembang cerita motif batik yang terbentuk. Engkau bertutur panjang bahwa dari buketan dan pola pewarnaan, batik Salem akrab dengan batik Pekalongan serta batik Surakarta dan Yogyakarta. Motifnya adalah motif pedalaman. Cikal bakal batik Brebesan lahir dari motif klasik batik Salem yang kemudian berkembang menguatkan identitas living culturemasyarakat di Kabupaten Brebes.

Jangan heran bila batik Salem didominasi warna hitam, sogan (coklat) dan putih. Motif yang cukup familiar dan merupakan motif klasik. Seperti manggar, kopi pecah, ukel kangkung dan sawat rantai.Belakangan perajin dan pembatik Salem mulai mengadopsi motif dan pewarnaan gaya batik pesisiran serta industri batik lainnya seperti Banyumas. Warna-warna yang cerah dan corak motif yang keluar dari motif klasik menjadi gaya yang mulai dikenal oleh perajin dan pembatik Salem.

Para perajin batik sangat berkhidmat dengan tradisi leluhur. Kupikir inilah yang mestinya untuk dikaji, bahwa saling silang pengaruh batik Salem tidak hanya dari Pekalongan, tapi juga dari Surakarta dan Yogyakarta. Jejaring inilah yang cukup membuktikan diaspora sejarah batik Jawa berkelindan di Salem. Diaspora yang tak dirasakan serta menjelma kedekatan budaya Jawa-Sunda serta kekuatan pesisiran.

Dokuemntasi pribadi
Dokuemntasi pribadi
Cerlang cemerlang warna warni batik Brebes, tak seterang nasib perajinnya. Kesetiaan mereka dalam menekuni industri batik harus berhadapan dengan segudang persoalan yang mendera. Keinginan mereka untuk menjadikan batik Brebesan sebagai tuan rumah di rumah sendiri, masih terkendala dengan sejumlah permasalahan.

Aku masih ingat cerita ibu Hj Ratmimah dan mbak Darwati serta perajin batik lainnya berkeluh kesah soal mahalnya minyak tanah serta pewarna batik. Belum lagi soal promo dan pasar yang bersaing dan cekak dalam pendapatan.

Minyak tanah diperlukan sebagai bahan dalam proses pembakaran canting dan pembatikan. Saat langkanya minyak tanah mereka berpikir ulang soal bahan alternatif lainnya. Belum lagi keinginan untuk mempromosikan dan ikut serta dalam pameran atau kegiatan ekspo terhalang cekaknya anggaran yang dimiliki. Belum lagi soal persaingan dengan sentra industri batik yang sudah terkenal.

"Kita bersaing dengan batik Pekalongan yang kualitas warnanya harus diakui dan dari segi harga memang terjangkau" ucap mbak Aan Darwati saat aku dan engkau berkunjung di rumah yang sekaligus menjadi gerai hasil produksi batik buatannya. Belum lagi gempuran batik printingyang mewarnai pasaran dan merebut ceruk pasar batik yang sudah ada. 

Teknologi memberikan kelebihan dan kekurangan bagi perkembangan pasar batik di Brebes dan sekitarnya. Lahirnya batik printing merupakan imbas dari teknologi yang merambah industri batik. Dari segi inilah ada daya adaptasi dari para perajin batik di Kabupaten Brebes. Artinya mereka tidak berkutat untuk menghasilkan batik dalam pengertian konvensional. Butuh penguatan segalanya, ujarku.

Keberadaan batik Salem perlu kemauan politik sebagai bagian  dari upaya menjadikan sebagai tuan rumah.

Dokuemntasi pribadi
Dokuemntasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun