Fatonah, 65, sudah dua tahun hidup di gubuk tani lahan sawah di Brebes, Jawa Tengah, karena tidak punya tempat tinggal. Setiap hari mengais rongsok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sebatangkara.Â
Disambangi di kediamannya di Desa Ciampel, Kecamatan Kersana, ia mengaku hidup sendiri sejak ditinggal suaminya yang meninggal karena sakit, puluhan tahun silam. Sempat memiliki seorang anak, namun juga meninggal di usianya yang belia, yakni 7 bulan.Â
Rumah satu satunya sudah di jual. Ia pun sempat merantau di Kepulauan Riau, sebagai juru masak sebelum akhirnya kembali ke kampung halamannya di Desa Ciampel pada tahun 2015 yang lalu.Â
Sepulang dari merantau, ia sempat numpang hidup di rumah temannya. Namun tidak sampai satu bulan tidak kerasan. Ia kemudian mendapatkan gubuk yang sekarang ditempatinya.Â
Di sebuah petak berukuran 2x3 meter, ia menjalani aktivitas kesehariannya. Di sebelah gubuk terdapat sumur kecil untuk mandi. Namun air harus diendapkan dahulu sebelum digunakan, karena keruh. Namun untuk buang hajat, ia harus keluar dan berjalan menuju sungai yang tak jauh dari tempat tinggalnya.Â
Di dalam rumah yang lebih mirip gubuk tani hanya terdapat satu buah meja kecil yang berfungsi sebagai meja makan sekaligus tempat tidur Fatonah.Â
Fatonah mengaku tak merasa kedinginan saat malam menjelang, meskipun tidak ada dinding di sisi gubuk yang ditempatinya. Hanya terpal bekas sebagai dinding penutup gubuk. Saat hujan datang, ia pun masih tetap bertahan di tempat tinggalnya.Â
Sepertinya sang Nenek sudah mati rasa. Terhadap hewan liar seperti ular yang sewaktu waktu masuk ke kediamannya, ia mengaku tidak takut. Apalagi mitos kompleks Pabrik Gula yang sudah tidak beroperasi sejak 1968 itu terkenal angker.Â