Cinta Dengan Hanya
Pada mulanya,Â
Aku mencintai dengan Hanya
Aku hanya menyukai dengan Rasa
Aku rasa aku mulai Terjebak
Aku terjebak Cinta Nelangsa.
Dalamnya Cinta Meminta Lebih dari sekedar Hanya,
Dari Hanya menjadi Harap
Dari Harap meminta Lebih
Dari Lebih meminta Milik
Lalu terjebak Harap lalu Milik
Lalu minta dibalas
Lalu Dia tak Peka
Lalu menjadi Kecewa
Lalu menjadi Cemburu
Lalu menjadi Sakit.
Kenapa tak Kau kembali saja,
Menjadi Cinta dengan Hanya.
Juno
Nganjuk, 2006.
 ( Abu abu Si Merah Marun)
Cuplikan bait puisi ini adalah cuplikan novel dwilogi, buku pertama Abu Abu Si Merah Marun. Dan buku kedua, Menghijau di Kota Pahlawan. Tokoh utama, Juno, sedang mendekati gadis pujaannya, Firda. Tuhan mengaturnya., lalu kesempatan itupun datang.  Ia membuat sebuah tulisan dalam bentuk puisi yang sangat indah pada pelajaran Sastra di sekolahnya,  SMA Negeri 2 Nganjuk. Satu per satu murid membacakan puisi di depan kelas.Â
 Namun,  ketika tengah menantikan waktu membaca puisinya,  ia sedih.  Ia mendengar gadis pujaannya itu berbunga-bunga menceritakan sosok lelaki lain.  Juno merasa kecewa.  Ia patah hati,  jiwa melankolisnya muncul seketika itu juga.  Ia sobek puisi indah sebelumnya,  dalam sekejap, puisi yang baru itu berhasil diselesaikannya. Â
Temanya berubah,  pesimistis dan melankolis.  Ia maju dan membacakannya dengan sepenuh hati,  hati yang teriris.  Firda memujinya, Juno tetap sedih. Lalu sedihnya tak kunjung membaik. Keluar kalimat murtad darinya. Lirih. " Tuhan, Ambil Nyawa Lelaki itu". Jahiliyah. Sangat Jahiliyah. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H