“HII...HII....HIII, HA.....HA.....HA.....HA....HA...”
Tetapi teror tersebut masih belum termasuk terlalu HOROR karena bukan hal itu yang membuat sampai berteriak histeris dan lari menuju lapangan. Sosok PENAMPAKAN KEPALA BAYIyang terlihat jelas di kaca jendela kelas dibelakang si H lah yang membuatku sampai lari terbirit-birit. Hal yang paling menyeramkan dari penampakan tersebut adalah kepala bayi itu menyatu dengan sebuah badan berbulu besar hitam, wajahnya tersenyum menyeringai sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mengeluarkan tawa menyeramkan yang mengiang-ngiang di kepalaku. Pada detik itu juga aku langsung berteriak histeris melihat sosok tersebut dan segera berlari menuju posku. Lorong-lorong seram di sekitar kelas kulewati tanpa peduli akan suasananya yang mencekam. Sesampainya dipos kudapati semua orang telah lenyap tak berbekas akhirnya aku menuju lapangan depan ternyata mereka semua berkumpul di sana. Ketika aku datang mereka segera menanyai apakah aku baik-baik saja dan menenangkan keadaanku yang saat itu tengah shock. Teman-teman seposku sudah berada di sana dan segera menangkan keadaanku serta menjelaskan kenapa pos kosong, ternyata teman-teman yang berada diposku sebelumnya mendengar jeritanku dan segera mengarahkan peserta yang ada kembali ke lapangan depan serta menghubungi seluruh panitia agar tidak keluar dari ruangan pos dan diusahakan membaca ayat kursi sebanyak-banyaknya.
Hal selanjutnya yang kutahu adalah Ketua pelaksana dan pembina telah memanggil Guru Agama sekolah kami dibantu Ustadz untuk mengatasi masalah kesurupan ini. Peserta kegiatan diprioritaskan untuk pulang terlebih dahulu baru panitia menyusul. Setelah mencheck bahwa seluruh peserta telah pulang, aku bergegas menuju parkiran untuk mengambil motorku.Pada saat aku mengendarai motorku hampir melewati gerbang sekolah sempat aku melihat spion melihat lokasi penemuan jenazah bayi waktu kemarin dan kulihat ada sosok wanita mengenakan baju putih sambil menggendong bayi melambaikan tangannya kearahku. Melihat hal tersebut segera aku percepat laju motorku menuju rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H