Mohon tunggu...
Arjuna Ahmad
Arjuna Ahmad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Stop being who you were, and become who you are.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Liriklah Mereka yang Disana!

5 Desember 2014   04:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:01 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_357855" align="aligncenter" width="600" caption="Beawiharta/Reuters"][/caption]

Zaman Globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya Teknologi dan informasi yang membuat semua serba mudah dan cepat. Dan ini merupakan kabar gembira bagi dunia pendidikan terutaman di negeri kita ini, mereka dengan sangat mudah mencari kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama materi pelajaran. Akan tetapi hal ini rupanya tidak dapat dirasakan oleh "semua orang" dari semua kalangan, atau kita jangan pakai kata-kata semua orang, karena rasanya itu adalah hal yang mustahil, kita khususkan saja buat mereka yang sedang di bangku sekolah yang tentunya menjadi sasaran dan prioritas utama untuk fasilitas yang satu ini, sebab mereka yang sangat membutuhkannya untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang sekiranya sinkron dengan yang mereka rasakan di daerah perkotaan.

Mungkin saya telalu jauh kalau berbicara mengenai fasilitas-fasilitas canggih dan memadai seperti itu, sebab masih ada di bumi Indonesia ini yang fasilitas pendidikannya masih sangat memprihatinkan, sebut saja di daerah-daerah timur dan daerah pelosok yang berstatus masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lain seperti di perkotaan. Padahal telah tertulis dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.

Dan belom lagi dengan daerah-daerah yang berada di perbatasan. Saya kira kata "Ironis" adalah pilihan kata yang tepat untuk mengawali tulisan saya sebagai gambaran untuk hal itu. Bagaimana tidak, ketimpangan kualitas pendidikan di kota dengan di daerah sudah terjadi sedemikian rupa sehingga cerita tentang sekolah "Rubuh" di daerah perbatasan atau tentang cerita guru yang lari ke negara tenatngga, bukan sekedar mitos belaka. Di beberapa perkampungan atau sebuah dusun di perbatasan Kalimantan misalnya, para siswa/i harus berjalan kaki 1-2 jam dengan jarak hingga 6 km dengan melintasi hutan dan naik turun bukit untuk mendapatkan pendidikan setiap hari. Sekilas kita menyadari bahwa ini adalah potret dari dunia pendidikan kita yang sangat memprihatinkan. Namun nasib guru pun tak kalah memprihatinkan, padahal mereka adalah orang yang sangat berjasa bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.

Para guru tersebut banyak yang harus mengajar 2-3 kelas sekaligus. Hal ini disebabkan kaeran kekurangan tenaga pengajar untuk daerah-derah perbatasan seperti itu. Mereka dituntut untuk bekerja ekstra keras untuk mengajar anak-anak didik agar mencetak anak yang berkarakter dan memiliki etos kerja yang baik untuk negara di masa depan. Namun negara seakan tidak melirik dan memberikan perhatian yang penuh kepada mereka. Terutama para guru honorer. Dan bagaimana dengan upah mereka, terpenuhikah? Duuh,, rasanya sangat tidak etis kalau menyinggung masalah finansial mereka. Semoga pemerintah kita sekarang lebih melirik lagi keadaan mereka.

Dan saya tidak heran dan sama sekali tidak keberatan jikalau kenaikan harga BBM adalah salah satu langkah untuk membantu dan lebih meberdayakan mereka dengan membangun infrastuktur untuk mempermudah akses mereka, bangunan sekolah yang memadai dan fasilitas-fasilitas lainnya. Semoga semua dana itu alokasikanya tepat sasaran sebagaimana ekspektasi kita terhadap pemerintah.

Kompetisi blog dengan tema Free Unlimited Internet satu tahun ini membuka pikiran saya untuk lebih menyadari dan merenungi kondisi-kondisi masyarakat terutama dibidang pendidikan yang seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Dan kebetulan di daerah saya juga masih banyak terdapat sekolah yang masih sangat minus pandangan mereka mengenai internet, pengetahuan tentang teknologi mereka sangat sedikit. Walaupun ada dari mereka terutama para remaja yang banyak menggunakan jasa internet melalui handphone, namun sayangnya mereka hanya menggunakannya untuk membuka facebook atau media sosial lainnya, sedangkan untuk hal-hal yang lebih positif sangat jarang. Dan saya mewacanakan dengan adanya free Unlimited Internet selama satu tahun ini akan saya gunakan untuk berbagi pengetahuan dengan mereka terhadap dunia internet dengan bermiliaran manfaat dan pengetahuan yangada di dalamnya, sehingga cara pandang mereka dalam penggunaan internet dapat berubah dan dapat menggunakannya dalam hal-hal yang bermanfaat.
"Keep Internet Positif & Keep Fighting for better bright future" :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun