Mohon tunggu...
Arjuna Pandu Darmawan
Arjuna Pandu Darmawan Mohon Tunggu... -

learn for life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pedagang Jeruk, Pedagang Tahu Goreng

20 Juli 2016   20:24 Diperbarui: 20 Juli 2016   20:32 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjual yang baik itu penjual yang memberikan data seobjektif mungkin terhadap konsumen, bukan menyembunyikan data atau membohongi konsumen. pernah saya membeli jeruk setengah kilo yang ada di pinggir jalan, karena tidak pintar memilih, akhirnya saya minta tolong kepada pak penjual untuk mencarikan buah yang baik. setelah saya pulang kerumah saya justu di berikan buah jeruk yang busuk, pada saat itulah saya berkomitmen untuk tidak membeli dipedagang itu lagi.

pembeli memang memiliki hak untuk tidak kembali, tapi bagaimana jika si pembeli akan memberitahukan kekecewaan tersebut kepada teman - temannya keluarganya, hal ini akan sangat tidak menguntungkan bagi para pedagang. justru pembeli juga bisa memasarkan hal yang buruk juga tentang pedagang itu dari mulut ke mulut. 

teori mouth to mouth tidak hanya berlaku bagi pedagang saja, tetapi pembeli juga bisa melakukan pemasaran mouth to mouth terhadap cara pedagang menjual dagangannya. sebenarnya dari kasus di atas pembeli memang seharusnya mengkontrol daganganya sebelum dibawa pulang dan jika ada kecacatan bisa ditukar di tempat tersebut. hanya saja pembeli melakukan keteledoran karena terlalu percaya terhadap pedagang hanya didasarkan pada pengalaman sebelumnya ketika ia membeli barang dengan perlakuan yang sama yakni menyerahkan pemilihan barang terhadap penjual sesuai dengan yang diharapkan

dari sudut pandang penjual, mungkin mereka menginginkan barang yang jelek harus segera habis sehingga tidak mengakibatkan kerugian bagi mereka, akan tetapi hal ini di pandang tidak etis, karena tidak jelas barang mana yang mereka jual. kejujuran dalam berdagang inilah yang menjadi poin penting. atau mungkin penjual itu beranggapan bahwa dia dagang di pinggir jalan raya dan ia hanya bertemu saya satu kali itu saja, sehingga potensi saya untuk balik lagi rendah, akhirnya ia memutuskan untuk menipu konsumennya. atau justru karena ia berdagang dengan menggunakan mobil akhirnya ia bisa mobile, ketika pindah tempat ia akan bertemu dengan konsumen lainnya.

lain hal nya saya menemui pedagang tahu goreng dengan obor yang menerangi dagangannya, ia menjual dengan menggunakan sepeda onthel tua. penjual itu memahami bahwa sebagai penjual ia harus melayani dengan baik pembelinya. meskipun hanya menjual tahu goreng, ia ingin tahu gorengnya tidak terasa hambar ia berusaha untuk menambahkan garam di atas tahunya. ketika saya bilangi "tidak usah dikasih garam pak" dia justru marah dan mengatakan "saya juga pengen mbak buat mbak seneng biar makannya juga enak". nah justru inilah penjual yang baik, ia menyadari bahwa pembeli tidak hanya butuh sekali saja, tetapi butuhnya bisa berkali - kali. apalagi produk yang dijual adalah makanan. makanan itu cepat habis dan suatu saat pembeli akan membeli kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun