Mohon tunggu...
Arjuna WaraSaputra
Arjuna WaraSaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sosiologi Universtitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Program Makan Siang Gratis sebagai Intervensi Stunting dalam Perspektif Pengembangan Masyarakat

2 April 2024   12:10 Diperbarui: 2 April 2024   12:13 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dihadapkan pada masalah gizi penting yang dikenal sebagai stunting, yang mengacu pada kegagalan pertumbuhan anak. Berdasarkan data laporan Riskesdas tahun 2018, prevalensi stunting pada anak di bawah usia 5 tahun mencapai 30,8%. Sayangnya, persentase tersebut masih jauh dari target pemerintah untuk menurunkan stunting hingga 19% pada tahun 2024. Stunting tidak hanya menghambat tumbuh kembang anak, namun juga mempunyai konsekuensi jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menerapkan intervensi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah stunting.

Pemerintah telah menerapkan strategi yang dikenal dengan program makan siang gratis di sekolah, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah yang rentan terhadap kekurangan gizi. Tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan asupan gizi anak-anak tersebut, sehingga pada akhirnya mencegah stunting dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Namun, penting untuk menyadari bahwa efektivitas strategi intervensi ini tidak hanya mencakup penyediaan makanan bergizi. Keberhasilan program makan siang gratis juga bergantung pada faktor-faktor seperti keterlibatan masyarakat, pemanfaatan sumber daya lokal, kolaborasi dengan pemangku kepentingan utama, dan keberlanjutan program dalam jangka panjang.

Untuk melaksanakan program makan siang gratis secara efektif dari sudut pandang pengembangan masyarakat, sangat penting untuk melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Hal ini memerlukan keterlibatan masyarakat, khususnya orang tua, dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program-program tersebut. Dengan demikian, rasa kepemilikan dan dedikasi masyarakat terhadap program akan meningkat, sekaligus memastikan bahwa program tersebut selaras dengan kebutuhan dan budaya setempat. Misalnya, orang tua dapat berkontribusi aktif dengan menyediakan bahan makanan bergizi yang bersumber secara lokal, berpartisipasi dalam pengolahan makanan, atau membantu dalam pemantauan dan evaluasi program. Selain itu, strategi pengembangan masyarakat menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan sumber daya lokal. Oleh karena itu, program makan siang gratis harus memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia, seperti makanan bergizi dan mudah didapat, serta melibatkan petani dan produsen makanan lokal dalam penyediaan makanan. Hal ini dapat meningkatkan ekonomi komunitas setempat selain membantu program tetap hidup dan bertahan.

Dalam program makan siang gratis, pemberdayaan masyarakat dapat dicapai dengan memberikan pelatihan kepada orang tua murid atau anggota masyarakat lainnya tentang cara membuat makanan yang sehat, mengelola makanan, atau bahkan mengembangkan tanaman pangan lokal. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menjadi penerima pasif program, tetapi juga dapat mengelola dan menjaga keberlanjutannya sendiri.

Dalam Program makan siang gratis juga perlu adanya kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk dapat mendapatkan keberhasilan. Pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi masyarakat, lembaga pendidikan, dan tenaga kesehatan harus saling bekerja sama untuk memastikan sinergi dan optimalisasi sumber daya yang ada. Kemitraan ini dapat mencakup aspek pendanaan, penyediaan infrastruktur, pelatihan sumber daya manusia, atau bahkan pengembangan kurikulum pendidikan gizi di sekolah.

Dalam perspektif pengembangan masyarakat, kemitraan ini juga harus melibatkan masyarakat sebagai mitra yang setara. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan program, sehingga program tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masyarakat. Selain itu, kemitraan ini juga harus mendorong terbentuknya jaringan dan solidaritas antar masyarakat, sehingga mereka dapat saling mendukung dan berbagi sumber daya dalam mengatasi masalah stunting.

Keberlanjutan program makan siang gratis harus menjadi pertimbangan utama. Untuk memastikan keberlanjutan, perlu dilakukan penguatan kapasitas masyarakat, peningkatan kesadaran tentang pentingnya gizi seimbang, serta pengembangan mekanisme pendanaan yang berkelanjutan. Misalnya, program dapat mengintegrasikan kegiatan edukasi gizi bagi orang tua murid atau mengembangkan model pendanaan yang melibatkan kontribusi dari masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta.Dalam konteks pengembangan masyarakat, keberlanjutan program makan siang gratis juga harus diupayakan melalui penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat. Misalnya, dengan membentuk kelompok atau organisasi masyarakat yang bertanggung jawab dalam mengelola dan mengawasi pelaksanaan program. Kelompok ini dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi, mengadvokasi kepentingan mereka, dan memastikan keberlanjutan program dalam jangka panjang.

Selain faktor-faktor di atas, ada beberapa unsur lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program makan siang gratis sebagai strategi intervensi stunting, seperti: memastikan kualitas dan keamanan pangan, pemantauan dan evaluasi yang ketat, integrasi dengan intervensi gizi lainnya, dukungan kebijakan dan anggaran yang memadai, serta mempertimbangkan konteks budaya dan sosial masyarakat setempat.Secara keseluruhan, program makan siang gratis merupakan salah satu strategi intervensi stunting yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan asupan gizi dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan anak. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada penerapan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat, seperti partisipasi masyarakat, pemberdayaan, pemanfaatan sumber daya lokal, kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, serta keberlanjutan program. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, program makan siang gratis tidak hanya menjadi solusi efektif dalam mengatasi masalah stunting, tetapi juga dapat memperkuat kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dan gizi secara berkelanjutan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun