Mohon tunggu...
Arji Junar
Arji Junar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga (basket),penyabar,Dakwah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mungkinkah Agama Menjadi Dasar Sistem Ekonomi dalam ilmu pengetahuan.?

20 September 2022   20:21 Diperbarui: 20 September 2022   20:28 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

       Penerapan syariat kafah dalam seluruh aspek kehidupan justru menjadi kunci kebangkitan umat Islam selama berabad-abad. Negara Islam tampil sebagai negara yang mandiri dan berdaulat di berbagai bidang kehidupan. Bidang pertahanan (militer), energi, pangan, hukum dan sebaginya selalu terdepan. Negara Islam bahkan mampu merebut kepemimpinan dalam konstelasi politik internasional, dan menggunakannya untuk menebar rahmat ke seluruh alam. 

     Penerapan sistem ekonomi Islam oleh negara Islam benar-benar memungkinkan negara punya modal untuk menyejahterakan rakyat dan mewujudkan keadilan hidup bagi mereka secara orang per orang. Karena sistem ekonomi Islam mengatur soal mekanisme kepemilikan, pengelolaan, dan pengembangan kepemilikan, mengatur soal sistem moneter yang antikrisis karena berbasis pada emas dan perak, serta antiriba yang hari ini justru menjadi biang kerusakan.

     Salah satu contohnya, sistem ekonomi Islam menetapkan seluruh sumber daya alam yang jumlahnya melimpah ruah adalah milik seluruh rakyat yang wajib dikelola oleh negara untuk dikembalikan manfaatnya kepada rakyat. Haram bagi negara menyerahkan kepemilikannya kepada individu, apalagi kepada asing.

    Belum lagi sumber-sumber keuangan negara di dalam Islam tak hanya berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam  Ada juga sumber-sumber syar'i lainnya seperti dari ganimah, fay'i, kharaj, jizyah, rikaz, dan sebagainya yang jumlahnya juga melimpah ruah. Juga kepemilikan negara dan zakat yang pengeluarannya diatur oleh syarak. 

      Tidak heran jika problem kemiskinan dalam sejarah peradaban Islam tak pernah ditemukan sebagai sebuah fenomena. Melainkan sebagai sebuah kasus yang penyebabnya bukan karena kebijakan struktural, melainkan karena kelalaian penerapan hukum oleh sebagian kecil penguasa atau karena faktor bencana alam.

       Dalam sistem Islam, negara benar-benar hadir sebagai pengayom rakyatnya. Bagaikan seorang ayah, negara atau penguasa mengurus dan menjaga seluruh rakyatnya dengan penuh kasih sayang, tanpa berhitung jasa, apalagi keuntungan. Segala bentuk pelanggaran atau kezaliman yang muncul dari kerakusan manusia, tercegah dengan sendirinya melalui penerapan sistem sanksi Islam.

         Alhasil, perlindungan sosial yang hari ini menjadi mimpi semua orang benar-benar mampu diwujudkan oleh sistem Islam. Karena kesejahteraan memang merupakan dampak penerapan hukum-hukum Islam, bukan proyek artifisial yang bersifat tambal sulam. Catatan sejarah tentang kesejahteraan hidup di bawah naungan Islam ini benar-benar terserak dalam catatan yang ditulis dengan tinta emas sejarah yang tidak mungkin dihapuskan.

      Apa yang terjadi pada masa Rasulullamah saw., juga penggalan-penggalan kisah kehebatan pengurusan dan penjagaan rakyat pada masa Umar bin Khaththab, Umar bin Abdul Aziz, dan khalifah-khalifah setelahnya, cukup menjadi bukti jaminan kebaikan dari penerapan sistem Islam. Sementara sejarah kehidupan pascahegemoni sekularisme kapitalisme global justru dipenuhi kisah tragis kesengsaraan, akibat penjajahan dan kerakusan negara-negara besar.

      Oleh karena itu, sudah saatnya umat kembali kepada sistem Islam, agar problem-problem kesejahteraan sosial, bahkan krisis mutidimensi lainnya bisa segera diselesaikan secara tuntas dari akar hingga ke cabang. Insyallah, tidak hanya umat Islam yang akan beroleh kebaikan, tetapi umat segera keseluruhan, bahkan semua makhluk semesta alam.

Allah Swt. berfirman, 

 


"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS al-A'raf: 96). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun