Mohon tunggu...
Arjan Fauzie
Arjan Fauzie Mohon Tunggu... PNS pada Badan Pusat Statistik -

saya berjalan dan melihat pada sesuatu yang tak seharusnya kujalani dan kulihat. saya hanyalah seorang Pegawai Negeri Sipil,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama dan Manusia beragama

14 November 2015   20:32 Diperbarui: 14 November 2015   20:32 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegelisahan itu terus bergerak dalam relung hati, apakah agama telah gagal membuat manusia menjadi baik atau manusia itu sendiri yang katanya punya agama memang tidak bisa baik.

Perjalanan manusia kepada Tuhan (agama dengan kitab suci), adalah perjalanan panjang untuk mencari keridhoanNYA (baca: pahala). Pada titik ini pada dasarnya adalah penyerah diri pada penciptanya dengan memilih hal yang baik, namun kondisi ideal yang seharusnya cerminan sebuah tampilan manusia atas doa kepada Tuhan tidak berjalan dengan semestinya.

Pelanggaran dan doa terus berjalanan beriringan, doa dan tingkah laku menjadi variabel yang tidak saling berhubungan – yang tidak pernah bersimpangan – sehingga tidak bertemu dalam satu terminal yang mampu menyadarkan manusia.

Literatur tentang larangan atau pelanggaran yang diatur oleh agama apapun, bukan sebuah pedoman yang mampu menyentuh hati atau menjadi suatu renungan. Agama menjadi sisi lain ketika berada di rumah, di luar rumah adalah urusan lain.

Atau apakah ini seperti tulisan Aeron F.Sihombing, yang mengutip Friedrich Nietzsche, dengan jaman yang terus mengalami perubahan, di mana tiap jaman memiliki pemikiran-pemikiran yang mempengaruhi pola pikir, kebudayaan, etika, teologi, sains dan setiap sendi kehidupan dari masyarakatnya. Misalnya dengan kemajuan teknologi, maka manusia tidak membutuhkan lagi pertolongan dari Tuhan, karena manusia telah dapat mengurus dirinya sendiri dan ia merasa dirinya otonom dengan rasio yang dimiliki olehnya. Oleh sebab itu, tidak salah jika Nietzhe telah mengatakan bahwa “kita telah membunuh Tuhan dengan pikiran kita”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun