Mungkin Anda baru tersenyum ketika menyadari betapa ponsel berkamera VGA yang dulu diagung-agungkan dalam setahun telah menjadi barang jadul dengan masuknya handphone berkamera dengan ketajaman gambar yang lebih besar (1 hingga 2 Megapixel). Dan lagi si megapixel harus tunduk kepada teknologi video call dan WAP. Terus berlanjut hingga Blackberry dan Android menjadi raja di masa sekarang. Dan silakan ditarik mundur, berapa rentangan waktu antarteknologi-nya?
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pernah menyarankan agar Indonesia mengembangkan teknologi DTV sendiri. Apa kata pemerintah,"Bagus. Tapi apakah Anda siap mencari dana yg sebegitu besarnya untuk itu?"
Menggelikan.
Urusan penelitian, rekayasa, dan pengembangan teknologi memang menjadi tanggung jawab mereka yg "berilmu" (dalam hal ini adalah warga negara dalam sektor pendidikan, keilmuan, penelitian -ilmuwan, guru besar, peneliti, ahli, dosen, mahasiswa, dll.-). Sedangkan sektor industri dan private sector menjadi pelaku, obyek, pemanfaat, atau penikmat teknologi. Namun diantara keduanya ada satu yg menjembatani, yakni Pemangku Kebijakan.
Karena bagaimanapun sektor industri membutuhkan teknologi yang lebih mapan untuk meningkatkan pembangunan dan perekonomian jika pemangku kebijakan tetap menolak, maka apa yang telah diusahakan, dikaji, dan dikembangkan oleh para peneliti (atau kaum pendidikan) akan tetap sia-sia.
Saya bukan skeptis dan pesimis terhadap para pemangku kebijakan, yang notabene juga representasi dari kita. Bahkan saya sangat yakin bahwasanya segala keputusan, yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yang mereka ambil SEMUANYA telah dipertimbangkan dengan sebijak-bijaknya dengan cara saksama, meskipun dalam tempo yang seringkali tidak singkat (karena mungkin memang butuh pertimbangan yang sangat panjang).
Namun melalui ini, saya ingin mengajak kepada rekan-rekan (khususnya kaum muda) yang membaca tulisan ini untuk menyadari semenjak dini apa yang sedang terjadi di Zamrud Khatulistiwa ini. Sehingga, ketika kita berada di posisi manapun di negeri ini (Private Sector,Public Sector, NGO atau apapun yang lainnya), kaki kita masih tetap membumi dan tujuan kita tetap HANYA DUA: "memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa".
Dan jangan sampai berubah menjadi "memajukan kesejahteraan pribadi dan mencerdaskan kehidupan diri".
Biarlah "melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia"menjadi PR besar bagi Pemerintah. Karena dengan "memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa" maka kita telah "ikut melaksanakan ketertiban dunia". Dimana dunia ini akan tertib tanpa pertikaian jika setiap kebutuhan rakyatnya terpenuhi dan tidak ada saling memanfaatkan ketidakcerdasan rakyat lain.
Maka sebagai warga Negara yang baru melek teknologi ini, saya mengucapkan sedalam-dalamnya kepada seluruh rakyat Indonesia..............
"Selamat Memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS) ke-16"