Mahasiswa KKNT melakukan penyuluhan penyakit mulut dan kuku atau yang disingkat (PMK) di Desa Ranupani, Lumajang, Jawa Timur. Salah satunya peternak sapi yaitu Pak Sutomo. Kegiatan ini dilaksanakn pada hari Kamis, 09 Juli 2022 pukul 10.30 WIB.Â
Penyakit mulu dan kuku adalah penyakit hewan menular yang menyerang hewan berkuku belah baik hewan ternak maupun hewan liar seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, rusa/kijang, onta, dan gajah.Â
Penyuluhan dilakukan untuk menginformasikan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sedang maraknya di Indonesia yang penyebarannya sangat cepat.Â
Penyakit ini disebabkan oleh virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus yaitu Aphtaee epizootecae. Spesies sapi di Desa Ranupani adalah sapi pedaging dan populasinya tidak banyak, dikarenakan fokus utama warga Desa Ranupani adalah petani atau berladang.
"Setiap jenis hewan ternak memiliki gejala penyakit PMK yang berbeda. Umumnya menunjukkan gejala demam tinggi hingga 37C selama beberapa hari, nafsu makan yang berkurang, dan adanya luka (lidah, celah kuku, liang hidung, moncong, dan puting susu).Â
Selain itu, gejala PMK pada sapi mengeluarkan air liur yang berlebih disertai busa. Penularan PMK terjadi dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penularan secara langsung diakibatkan kontak langsung dengan hewan yang sakit (air liur dan leleran hidung), bahan-bahan yang terkontaminasi virus PMK, dan hewan carrier.Â
Sedangakan penularan secara tidak langsung diakibatkan dengan alat dan petugas yang terkontaminasi virus PMK". Ujar singkat Helga, Mahasiswa Peternakan IPB University.
Hampir saat ini belum ada ternak sapi yang terjangkit penyakit mulut dan kaku (PMK) di desa Ranupani. Adanya PMK, warga Desa Ranupani sangat inisiatif mencegah penyakit tersebut.Â
Pak Sutomo menerapkan pemberian campuran air garam hangat di tiap pagi untuk mencegah PMK. Kondisi peternakan rakyat di Desa Ranupani berbeda dengan desa lainnya di Lumajang.Â
Sapi warga diletakkan di gubuk kecil dan jauh dari permukiman warga. Tujuan peletakkannya tersebut agar mudah untuk pemindahan kotoran sapi untuk kompos dan pengerjaannya tidak nomaden.Â
Biasanya mereka memberikan pakan pada sapi sebelum dan sesudah pergi ke ladang. Petani yang memiliki peternak juga menanam rumput gajah untuk diberikan ke sapi dan rumput lapang. Selain hijauan, pemberian konsentrat kurang diberikan secara rutin.Â
Hal ini dikarenakan jarak pembelian konsentrat yang jauh membuat petani hanya berfokus kepada pemberian hijauan saja. Â
"Besar harapan saya, pemerintah Desa Ranupani tetap memperhatikan warganya yang berternak dengan mempersediakan konsentrat, agar peternak dapat memberikan konsentrat dan sapi tercukupi nutrisinya. Selain itu, perlu adanya vaksin dari pemerintah untuk mencegah adanya penyebaran PMK dan pentingnya peternak memahami biosekekuriti pencegahan PMK". Ucap Sutomo, Peternak Desa Ranupani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H