Mohon tunggu...
Arizald Van Gobel
Arizald Van Gobel Mohon Tunggu... Dosen - Seorang dosen dengan banyak minat namun terbatas kesempatan

Aku hanyalah orang biasa yang ingin melihat dunia dari berbagai pandangan berbeda untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang kedamaian.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Light from the Darkness

22 April 2014   19:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:20 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang anda jawab saat ada pertanyaan sebarapa baikah hati dan pikiran anda? Tidak! maksud saya tidak usah menjawab pertanyaan itu, cukup pikirkan atau rasakan saja kira-kira seperti apa jawabannya. Kenapa? karna anda tidak akan pernah menjawab dengan utuh, karna orang baik akan mengakui dia buruk sedangkan orang jahat akan mengaku dia baik. Tidak setuju? karna anda berpikir ada orang baik mengaku dia baik? atau ada orang jahat yang mengakui kejahatannya? tetap saja itu bukan pengakuan yang utuh untuk pertanyaan diatas. Seorang yang baik mengaku dia baik akan menjadi sombong, lalu seorang jahat dengan keberaniannya berkata jujur mengakui kesalahannya benar-benar orang yang buruk? silahkan prespektifkan pikiran anda sendiri.

Semua hal adalah tentang keseimbangan. ini bukan tentang pengembangan teori konspirasi untuk pembenaran setiap perlakuan yang ada, bukan alasan untuk pembenaran atas sebuah kebaikan atau kejahatan tapi ini tentang keseimbangan. apakah setiap orang hanya mempunyai satu sisi dalam kehidupannya? seperti apa orang demikian? tidak ada yang bisa menjelaskan seperti apa orang itu karna bahkan orang paling kejam didunia pun masih sayang terhadap keluarganya. dua sisi dalam setiap kehidupan yang bernafas menjaga keseimbangan dalam banyak hal, antara hitam dan putih, antara salah dan benar, antara belajar dengan mengajar, antara memakan dan dimakan, antara doa dan sumpah serapah. bagaimana sebuah kehidupan bisa berkembang tanpa ada yang melakukan kesalahan? bagaimana suatu kehidupan bisa dibatasi tanpa ada predatornya? bagaimana kita mengajarkan kepada orang lain untuk tidak melakukan sebuah kesalahan bila kesalahan itu tidak pernah terjadi sebelumnya. dahulu kita tahu kesalahan itu hanya apabila memakan buah terlarang ditaman eden/firdaus yang setelah dilanggar lalu kemudian kesalahan itu hanya apabila melanggar 10 hukum yang diturunkan dan sekarang banyak mencabang menjadi pengetahuan seperti apa kesalahan itu sehingga kita dapat mengajarkan atau belajar mana yang salah dan mana yang benar. kita tidak akan pernah benar-benar mengenali dan memahami keseimbangan itu seperti apa. orang belajar untuk menjadi lebih baik dari kesalahan kan? lalu masih kah bertanya apa itu keseimbangan.....jadi apakah anda sudah benar-benar memahami makna keseimbangan itu? anda hanya memahaminya saat anda mengetahui yang ingin anda ketahui, karna pada kondisi dimana anda dibawah akan ada kaliman terucap seakan ini tidak adil untuk terjadi. lalu ada pertanyaan apakah makna adil itu sebenarnya? jawaban yang kita inginkan adalah adil itu kita selalu baik-baik saja apapun yang terjadi akan tetap baik-baik saja. hal ini merefleksikan bahwa tidak ada orang baik yang benar-benar baik dan tidak ada orang jahat yang benar-benar jahat, tapi apakah refleksi ini dapat menjadi dasar pemikiran kita untuk tidak menilai orang dari satu sisi? jawabnya tidak semua orang mampu.

Apakah semua baik-baik saja ketika ada kejahatan atau kesalahan? jawabnya adalah iya, semua akan baik-baik saja meskipun ada kejahatan ataupun kesalahan selama ada kebaikan dan kebenaran yang selalu memperhatikannya. begitu juga dengan setiap kehidupan yang ada, akan selalu baik-baik saja karena kita diciptakan dengan keseimbangan sempurna yang dapat kita atur sendiri. kenapa harus ada sisi kejam dari setiap manusia yang mirip insting binatang? kenapa harus ada perasaan yang bahkan menangis saat melihat anjing terbunuh? kompleksitas emosional manusia diciptakan untuk melindungi, bertahan dan empati. egoisme salah satu emosi yang mengambarkan dengan jelas pertahanaan seseorang terhadap arus lingkungan, empati membantu untuk kepedulian pada sesama tanpa memikirkan diri sendiri. lalu apa alasannya hal yang bertentangan diletakan kedalam satu jiwa yang bernafas? anda pasti menyadari alasan itu, kita salah dan belajar dari kesalahan sendiri, berbuat baik karna ingat pernah salah, kita menyeimbangkan diri kita sendiri. karena itu setiap jiwa yang bernafas setidaknya pasti memiliki setitik cahaya terang ditengah kegelapan begitupula sebaiknya. tetapi tahukah anda kebanyakan orang saat ini justru dapat melihat dalam kegelapan, mereka lebih senang melihat sisi gelap meskipun cahaya bertaburan dan karena itu juga secercah cahaya dalam kegelapan jiwa seseorang dapat menjadi inspirasi besar bagi banyak orang. kelamnya sebuah kehidupan tidak menjadikan adanya hak untuk memadamkan setitik cahaya dalam kehidupannya seperti sebuah lilin akan tetap indah meski berada didalam ruangan besar yang gelap dan nila setitik dapat merusak susu sebelanga tapi kehidupan bukan sekedar karna nila yang jatuh kebelanga lalu semua susu harus dibuang karena seburuk apapun masa lalu masa depat tetaplah suci.

Setelah semua itu terjadi, kitalah yang memutuskan untuk menjadi seperti apa. karena lembaga keadilan yang ada dalam hati lebih adil ketika kita benar-benar menghargai kehidupan dengan adil pula, tidak seperti lembaga keadilan ciptaan fana yang dimana orang berkata "kebenaran pasti akan menang di pengadilan" padahal yang sebenarnya adalah "yang menang di pengadilan itulah kebenaran". kaki kiri dan kanan adalah berjalan, kaki kiri atau kaki kanan saja adalah pincang, keseimbangan selalu menghasilkan perbedaan dari mereka yang memilih melihat dengan sebelah mata.

~ Kebaikan adalah hak untuk setiap kehidupan dan kebenaran adalah pilihan setiap kehidupan karena bahkan pembenaran bisa dilakukan atas pembunuhan tetapi tidak akan pernah bisa menjadi pembaikan ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun