Mohon tunggu...
A J K
A J K Mohon Tunggu... ada saja di rumah, gak kemana-mana koq... -

mantan calon penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(ECR4) Kembang, Mau Gak Jadi Pacar Saya

27 Januari 2012   23:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:22 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu jatuh waktu berlari mengejarku tadi. Terpeleset di batu yang banyak lumutnya. Dan terjatuh di kali kecil ini. Dan, kamu pingsan. Hi hi" jawabnya masih tergeli-geli. Saya pun bangun dipapah jemari Kembang yang halus bak sutra india.

"Jaka. Kamu gak apa-apa?" tanya Kembang agak kuatir.

"Mmm. Kembang. Aku suka kamu..." lirih saya agak terbata. Sontak dahi Kembang berkerut. Saya tatap mata Kembang lekat-lekat. Wajahnya yang putih terpahat ukiran kaligrafi bernuansa surga. Dan hembusnya, merdu terbang dihantar bayu dan mutiara bertabur, bagai suara anggun pesona sang dewi cinta dari harva yang dipetik jari semesta. Cantik banget.

"Apa? Aku gak denger"

"Mau gak jadi pacarku?" ucap saya agak keras sembari menutup mata. Kembang terdiam. Kalau kata orang dulu, diam itu tandanya iya alias setuju alias mau. Tapi Kembang koq masih cuek.

"Kamu liat pohon di ujung sana?" Kembang menunjuk pohon beringin yang akarnya kokoh menghujam tanah, merambat menggenggam kedamaian dari cahaya telaga peradaban "Siapa yang kalah sampai di sana, besok kudu pake kolor warna kuning" tantangnya. Lagi-lagi Kembang tersenyum. Imut sekali. Nampak di matanya; samudra jernih penuh ombak-ombak keindahan. Betapa saya cinta gadis ini.

"Hoy. Jangan ngelamun kalo gak mau pake kolor warna kuning" teriaknya sambil berlari. Dia tertawa keras dan lepas. Di bawah matahari senja yang sebentar saja tenggelam, kami berlari. Mengejar bayangan malam yang menggapai dari pintu langit sebelah barat. Jika saja bisa; ingin rasanya waktu terhenti sekejap di sini.

* * *

Esok harinya; saya kemana-mana mengenakan kolor warna kuning. Saya kan pura-pura kalah demi Kembang. He. He. "Demi cintaku padamu; apa sih yang nggak buatmu, Kembang" Dan jika memang Indonesia tengah dilanda kekeringan spiritual, maka Kembang adalah salah satu yang bertasbih untuknya. Love U Kembang.

.

..Kembang. Kamu cantik deh. (Aku jadinya pengen romantis nih). Di tengkuk rimbun kebun sayuran sana; Senyummu semanis aren nongkrong di situ. Menyelinap himpit-himpit antaranya tangkai tomat gondol dan kuncup cabe keriting merah. Ada ulat bulu yang nakal di belakangmu towal-towel. Ada belalang di daun wortel goyang-goyangnya manja. (Mereka genit serupa ranum genitmu) "Diemut bibir pagi dilumat gincu matahari sepotong", ...Mataku jadi kelilipan....Hatiku ikut kelilipan. ...Kucluk-kucluk mabok sempoyongan. Dan hujan ngegelayut mulu malu-malu (Ngeguyurnya di bukit jauh) : Airnya jatuh satu-satu. Dua-dua. Tiga-tiga : Di lubang galak semut hitam yang mengkeret. "Ngegelontor dari pohon kelapa, basahi akar anggur bulet hijau merambat banyak di pagar halaman". Tapi senyummu masihlah di situ. "Mirip anting-anting pelangi lumuri tanah lunturi dipan bambu rumah". (Melipat batu hiasi jembatan kayu) Di sana kamu diem adem ayem anteng kinyis-kinyis slalu menggoda. Terus? Kapan dong kamu mau bilang : "Kalo hujan itu milik kita. Sejuknya milik kita. Angin itu punya kita. Hangatnya juga punya kita. Mengukir siang kleyengan di jendela petang. Dan rembulan? Punya kita juga pastinya"...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun