Mohon tunggu...
A J K
A J K Mohon Tunggu... ada saja di rumah, gak kemana-mana koq... -

mantan calon penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

(Musik) He's The One: Paul Gilbert

8 Januari 2012   03:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:11 2380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuma 100 ribu rupiah. Satu harga yang amat sangat murah untuk bisa menyaksikan kehebatan seorang maestro gitar dunia sekaliber Paul Gilbert. Konser bertajuk Paul Gilbert 2005 World Tour yang digelar oleh Total Production dan Lewi Yahya Production itu terasa berlangsung cepat, meski selama 2 jam penuh; besutan komposisi gitar gaharnya sukses menghipnotis mata dan menyihir telinga sekitar 200 penonton yang memadati pinggiran Pantai Festival Ancol, Jakarta; Rabu 13 Juli 2005. Dan lagi-lagi; jumlah penonton yang sangat minim tampak sangat memprihatinkan untuk konser seorang legenda hidup seperti Paul Gilbert.

Namun demikian; Paul Gilbert tetap menggendorkan energinya. Lagu demi lagu; melodi demi melodi mengalir dahsyat dari langkah-langkah jemarinya yang cepat menari lincah di atas Ibanez PGM seriesnya. Hits terbaik bersama Mr. Big dan Racer X, maupun dari album solonya; deras menghujam liar bagai jutaan simbol pertitur yang berhambur bersama warna-warna tata cahaya 500 ribu watt berkabut putih dalam teknik tinggi yang cepat. Membenamkan malam yang makin gemuruh dan gegap gempita dengan gempuran keras sound 100 ribu watt yang sangat menghentak degup jantung. Paul Gilbert mengolah ribuan nada cepat menjadi irama yang memukau. Tak heran jika dia disebut sebagai satu-satunya gitaris yang mampu merangkai sebuah permainan tempo tinggi dengan sangat bersih. Di barisan paling depan; saya cuma bisa berdiri menganga dan diam membelak mengikuti detik demi detik jalannya konser. Dimulai dengan Betrayer dan Bamboo sebagai band pembuka, kemudian disusul dengan kolaborasi 3 gitaris Indonesia; Eet Syahrani (Edane), Abdee Negara (Slank) dan Jhon Paul Ivan (eks Boomerang). Ini adalah kali ke-2 Paul Gilbert datang ke Indonesia; setelah sebelumnya dia menggelar konser solo tahun 2000 di Hard Rock Cafe Jakarta.

Paul Gilbert; Siapa yang tak mengenal namanya. Adalah salah satu nama beken dari jajaran terdepan gitaris terbaik dunia. Seorang musisi pemilik pesona bintang kejora membingkai bulan purnama di lengkung langit musikalitas.

Dedikasinya dalam kejayaan musik rock sejak tahun 80'an; telah membawa namanya mengangkasa memasuki gerbang ruang kalbu terdalam dari pecinta musik dan penggemarnya. Hingga saat ini; namanya masih selalu diagungkan, sebagai salah satu dewa dari dewa, sekaligus beast of the beast dalam tatanan imperium musik rock dunia.

Paul; begitu nama panggilannya, memulai karir musik bersama super grup band pengusung generasi speed metal; Racer X. Di tahun 85, Racer X yang beranggotakan Paul (Guitar), Juan Alderete (Bass), Harry Gschoesser/Scott Travis (Drumer) dan Jeff Martin (Vocal) kemudian menyusul Bruce Bouillet (2nd Guitar) meluncurkan debut album perdananya yang bertajuk Street Lethal.

Ke empat album studionya yang keseluruhan dikemas dalam komposisi Neoclassical dengan balutan teknik Alternate Picking, String Skipping, Arpeggio dan Legatto sebagai struktur khasnya; membuat nama Paul tercatat sebagai salah satu Top 10 Greatest Guitarist dari GuitarOne Magazine dan 50 Fastest Guitarist All Time dari Guitar World. Komposisi instrumental : YRO, Freenzy, Scarified, Viking Kong, Scit Scat Wah semakin mengukuhkan namanya dalam belantika Shredder Master dunia. Terlebih; hitsnya yang berjudul Technical Difficulties dinobatkan menjadi salah satu dari 10 lagu instrumental rock terbaik sepanjang masa.

Di tahun 1988, Paul dan Billy Sheehan (Bass) bersama Pat Tropey (Drum) dan Eric Martin (Vocal) mendirikan super grup band : Mr. Big. Tentunya grup band ini lebih familiar diantara pendengar musik rock di Indonesia dibandingkan dengan band pertamanya, Racer X.

Hits balada mereka; To Be With You dari album keduanya; Lean Into It, berhasil menggapai sukses puncak tangga lagu Amerika dan Eropa, dan bertengger kuat selama beberapa pekan di sana. Bersama Mr. Big; Paul telah mengeluarkan 6 album Studio dan 5 album Live.

Sayangnya; di kesempatan pertama Mr. Big datang ke Indonesia; saat itu Paul sudah tak lagi bersama Mr. Big. Di tahun 97, Paul memutuskan keluar dari band untuk solo project nya dan posisinya digantikan oleh Ricthie Kotzen (ex gitaris Poison); seorang gitaris flamboyan pengusung Blues dan Fusion, yang terdidik di bawah tangan ajaib maestro gitar paling jenius : Jason Becker (David Lee Roth Band/Cacophony).

Album-album solo Paul Gilbert memang kurang dikenal di Indonesia. Semenjak keluar dari Mr. Big, sampai saat ini telah 12 album studio yang dibuat oleh Paul dan seabreg proyek bersama artist lainnya. Termasuk didalamnya; G3 project bersama Joe Satriani. Tergabung bersama Nuno Bettencourt dalam Guitar War World Tour. Mengelola acara televisi untuk gitar klinik di Jepang bersama Marty Friedman. Menjadi salah satu guru besar di Guitar Institute of Technology di Los Angles Amerika.

"Led Zeppelin dan Black Sabbath adalah dua dari tiga grup Inggris favorit saya; dan komposisinya saya abadikan dalam sebuah lagu dari grup Inggris favorite saya yang ke tiga; Spice Girl" ucapnya saat itu yang disambut senyum dan tepuk meriah dari para penonton. Tembang 2 Become 1 pun mengalir lembut dalam nuansa rock yang kental.

Belum beberapa lama ini, kerinduan penggemar musik rock Indonesia akan sosok Paul Gilbert terbayar sudah. Bersama band keduanya Mr. Big; Paul kembali menyedot decak kagum ribuan penonton dalam sebuah pagelaran konser rock akbar "Gudang Garam InterMusic Java Rockin’land 2009". Konser ini terbilang sangat sukses dibanding konser-konsernya Paul di Indonesia sebelumnya. Sekaligus pembuktian jika mereka adalah musisi berkualitas dunia meski semua personilnya hampir termakan usia.

Itulah Paul Gilbert; seorang yang tak pernah terhenti dalam berkarya. Musik adalah budaya. Musik adalah sejarah. Yang takkan lekang dimakan usia. Ditengah-tengah gempuran musisi dan band-band baru; takkan pernah menyurutkan langkah dari seorang Paul Gilbert.

"Tahun 90-an, jenis musik rock yang diusung band-band seperti Mr Big, Metallica, Spultura, misalnya, memang lagi ngetren. Sedang tren musik anak-anak muda sekarang sudah bergeser jauh. Saya sendiri sulit mengikuti. Mereka lebih suka musik keras jenis hardcore" tutur Log Zhelebour.

Namun demikian; Paul Gilbert adalah abadi bersama alunan nada dalam jemarinya. Dia; adalah abadi, selamanya memberi inspirasi gitaris-gitaris muda penerusnya.  Paul still the only one.

Racer X album studio : 1986 - Street Lethal 1987 - Second Heat 1999 - Techinical Difficulties 2000 - Superheroes

MR. BIG album studio : 1989 - Mr. Big 1991 - Lean Into It 1993 - Bump A Head 1996 - Hey Man 2011 - What If

Paul Gilbert album studio : 1991 - Tribute To Jimi Hendrix (EP) 1998 - King Of Club 1998 - Flying Dog 2000 - Aligator Farm 2002 - Raw Blues Power 2002 - Burning Organ 2003 - Gilbert Hotel 2005 - Spaceship One 2007 - Tough Eskimo (EP) 2008 - Silince Followed by a Deafening Roar 2009 - Unite States 2010 - Fuzz Universe

13260797761066871377
13260797761066871377

Notes :

Billy Sheehan (Bass Mr. Big) adalah mantan bassis David Lee Roth Band ex vocalis dari Van Halen, di mana Steve Vai dan Jason Becker pernah tergabung menjadi gitaris di dua albumnya. Steve Vai sendiri adalah ex gitaris Alcatrac menggantikan posisi Yngwie Malmsteen.

Steve Vai; namanya semakin membumi saat bergabung di Whitesnake bersama David Coverdale ex vocalis Deep Purple untuk menggantikan posisi Adrian Vandenberg yang mengalami kecelakaan. Dan konon; bubarnya Whitesnake adalah karena para penggemarnya lebih mengelukan Vai dibanding Coverdale sendiri. Bersama Joe Satriani (yang juga sempat mengisi gitar di Deep Purple) kemudian mendirikan G3 project.

Sementara Jason Becker; terlahir sebagai salah satu gitaris paling jenius sepanjang masa. Dia dengan sangat mudah menciptakan komposisi klasik yang lebih rumit dibandingkan karyanya Yngwie Malmsteen yang disebut sebagai dewa neoclassical dengan albumnya Rising Force sebagai kitabnya.

Jason; kemudian mendirikan Cacophony bersama Marty Friedman yang nantinya menjadi gitaris di Megadeth bersama Dave Mustaine ex gitaris Metallica. Kejeniusan Jason terbukti setelah dia terjangkit penyakit yang membuat seluruh anggota tubuhnya lumpuh; di mana, dia masih mampu menciptakan komposisi gitar (3 album studio) hanya dengan menggunakan bola matanya untuk menggerakan kursor lewat program Machitose dari Apple corp.

Dan Richie Kotzen, adalah salah satu anak didik Jason Becker. Pernah tergabung menjadi gitaris di Poison menggantikan posisi CC Deville, namun akhirnya didepak setelah katanya menggaet kekasih drummernya : Rikki Rockett.

. . A R I J A K A - 08012012 Sumber & Gambar : Google

Musik adalah jemari halus yang mengetuk pintu kalbu untuk membangunkan kehangatan dari tidurnya yang lelap. Ketukan jemari itu membuat hamparan kenangan hadir kembali, setelah hilang di telan pekatnya malam. Ketukan itu membuat kenangan masa silam terbuka kembali, setelah di selubungi berbagai peristiwa yang selalu datang silih berganti.

Alunan nada nada musik adalah senandung lembut yang kerap hadir di lembah lembah imajinasi. Jika nada nada itu di lantunkan dalam melodi kesedihan, maka ia menghadirkan kenangan silam di saat gundah dan putus asa. Tapi jika di lantunkan pada saat hati senang, maka musik menghadirkan kenangan silam di saat damai dan bahagia.

Alunan nada nada musik adalah kumpulan suara kesedihan yang membuat segala kegelisahan memenuhi tulang rusuk, lalu menghadirkan seribu duka. Tapi ia juga bisa berupa susunan kata kata ceria yang segera menguasai kalbu kita, lalu menari riang disela tulang rusuk, menghadirkan seribu bahagia.

Alunan nada musik adalah bunyi petikan pada dawai, yang masuk ke pendengaran kita membawa gelombang lembut. Kadang ia mampu memaksa tetesan airmata menyeruak dari kelopak, kerana merasa gerah bagai tersulut oleh api kerinduan, tak tahan pada desakan gelisah cinta saat berpisah dengan kekasih, kerana himpitan kepedihan cinta yang luka tergores cakar cakar penantian.

Namun ia juga mempu menghadirkan simpul senyuman yang keluar perlahan dari gerakan lembut sepasang bibir indah, sebagai isyarat rasa senang bahagia. Alunan nada musik adalah nafas terakhir akalnya hati dan nafasnya jiwa.

"Musik Dahaga Jiwa" Oleh Khalil Gibran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun