Mohon tunggu...
A J K
A J K Mohon Tunggu... ada saja di rumah, gak kemana-mana koq... -

mantan calon penulis

Selanjutnya

Tutup

Drama

Kamu Sarjana Bukan? Jangan Mau Jadi Kuli

1 Januari 2012   23:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:28 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukan limbah bau yang bau itu. Kan ini pabrik tekstil. Selain limbah yang ngambang di selokan pinggir jalan; ada juga limbah dari bahan mentah. Kapas. Dan nanti itu kapas kita olah lagi jadi bahan siap dijual" jawab Mas Kusma.

"Tapi saya gak ngerti teknik. Saya lulusan hukum" "Kamu itu sarjana. Inget lho. S A R J A N A. Pola pikirnya jauh lebih maju di antara lainnya" "Iya Kangmas" "Kalo ini berhasil. Kita bisa membuka lapangan kerja baru. Bisa bantu temen-temen yang masih nganggur. Bisa bantu si Mega juga. Kamu naksir kan sama dia?" "He. he." "Yang mesti kamu paham; Sarjana itu bukannya tukang cari kerja, tapi tukang nyiptain lapangan kerja. Mesti mikir; gimana caranya menciptakan lapangan kerja buat orang laen. Bukannya malah jadi kuli yang disuruh-suruh" "Iya Kangmas. He he. Saya siap" "Good..."

"Kentut India" teriak Istrinya memotong pembicaraan sambil menutup hidung dengan kain celemek yang dia bawa. Mas Kusma ikut menutup hidung. Saya juga. Namun tak ayal semua tertawa. Kentut India ini, bau limbah buangan yang dikeluarkan Pabrik setiap jam tujuh pagi. Bau limbah yang konon menuai konflik atas penggantian 'Uang Bau' dari pihak perusahaan untuk warga setempat yang dikorup salah satu petinggi di sana.

Matahari merangkak perlahan menginjak bukit-bukit membayang di kaki cakrawala. Dan anginnya; semilir kini seakan membawa salah satu pesan dari jauh bokong pabrik dan cerobong tingginya yang terjalnya menggapai lengkung langit : Bersama bau limbah buangan; yakinlah masih banyak harapan luas terhampar.

"Dik Mee. Mau kemana" tanya Mbak Areth tiba-tiba. "Mau ke pasar Mbak. Beli minyak sayur" jawabnya. "Saya anter ya Mee" saya pun ikut nimbrung. Terdengar nada sedikit memelas di sana. Tapi saya cuek. "Gak usah Mas Jaka. Nanti ngerepotin" "Nggak koq. Tunggu bentar Mee. Saya ambil motor"

.

.

.

Balada Uang Bau dan Kang Pepen di Negeri Dongeng

ARIJAKA

02012011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun