Popularitas buku Kisah Seribu Satu Malam tak diragukan lagi. Ia menempati posisi yang sangat penting dalam khazanah literasi dunia. Hal ini tak terlepas dari keunikan dan kekayaan isinya yang memuat berbagai macam legenda, dongeng, fabel, hingga roman dengan berbagai latar belakang bangsa.Â
Di dunia Barat, Kisah Seribu Satu Malam pertama kali diterjemahkan dari bahasa Arab pada awal 1700-an oleh Antoine Galland. Di tangan orientalis berkebangsaan Perancis inilah cerita-cerita terkenal yang sebenarnya tidak ada di dalam naskah asli The Arabian Nights lahir, seperti Aladdin dan Lampu Ajaib, Ali Baba, dan Sinbad Si Pelaut.
Meski demikian, kebesaran nama Kisah Seribu Satu Malam tidak surut begitu saja. Bahkan sepeninggal Galland, masyarakat mulai mencari versi yang lebih lengkap dan akurat sesuai dengan naskah aslinya.
Akhirnya, pada tahun 1882, seorang penerjemah berkebangsaan Inggris, John Payne merilis versi yang agak lebih lengkap dan diberi judul Kisah Seribu Satu Malam (One Thousand and One Nights). John Payne merilis terjemahan versinya dalam sembilan volume.
Tiga tahun kemudian, pada tahun 1885 Sir Richard Burton, seorang orientalis Inggris, merilis versi terjemahan lain yang dianggap lebih akurat dengan judul The Book of the Thousand Nights and a Night. Terjemahan Sir Richard Burton ini berjumlah sepuluh jilid, dan enam jilid tambahan yang ia terbitkan pada 1886-1888.
Sir Richard Burton mendasarkan terjemahannya dari edisi the Macnaghten or Calcutta II edition (Egyptian Recension) of the "Arabian Nights". Berjumlah enam belas jilid, terjemahan Sir Richard Barton dianggap sebagai terjemahan paling lengkap dari buku Kisah Seribu Satu Malam.
***
Buku yang tidak diketahui dengan pasti siapa pengarangnya ini memberikan gambaran yang lengkap, untuk tidak menyebutnya utuh, mengenai kehidupan masyarakat umum pada masa kejayaan Islam. Ia merekam dengan baik bagaimana pola kehidupan dan kebiasaan orang-orang Timur dalam menjalani kesehariannya.
Buku ini berawal dari kemurkaan Raja Syahrayar yang bertekad akan membunuh seluruh wanita yang dinikahinya akibat praktik selingkuh yang dilakukan istrinya. Â Lalu muncullah tokoh bernama Syahrazad, putri salah seorang wazir, yang mengajukan diri menjadi permaisuri Raja Syharayar.
Awalnya, sang wazir menolak ide putrinya itu, tapi Syahrazad berhasil meyakinkan ayahnya bahwa ia akan menghentikan tindakan keji sang raja bermodalkan kisah-kisah yang telah tersimpan di dalam kepalanya.
Untain kisah-kisah menakjubkan itu pun dimulai. Melalui cerita-cerita Syahrazad, kita akan mengetahui bahwa orang-orang Arab kala itu, sangat menggemari berbagai jenis jamuan makan, anggur, syair-syair, serta perempuan cantik.