Mohon tunggu...
Ariyulianto
Ariyulianto Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Belum terverifikasi :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pintu Langit dan Arwah Teroris

16 Januari 2016   14:50 Diperbarui: 16 Januari 2016   21:53 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan pintu langit, arwah teroris mengetuk pintu, " Buka pintu, aku mati syahid, arwahku berhak atas surga, sebagaimana yang Tuhan janjikan bagi yang berjuang di jalan Tuhan."

Pintu itu tetap tertutup, arwah itupun kembali mengetuk pintu langit dengan keras.

Setelah beberapa lama, penjaga pintu datang menghampiri arwah teroris, "Kenapa kau membuat keributan disini, tak cukupkah kau membuat keributan di dunia, lihat, kau masih bisa memantau tempat yang kau ledakkan, kau masih bisa lihat darah dan kerusakan yang terjadi, kau masih bisa melihat wajah ibumu, istrimu yang menjadi janda, anakmu yang menjadi yatim, lihatlah sejenak ke dunia".

"Aku berjihat di jalan Tuhan, Tuhan pula nanti yang akan melindungi ibuku, anakku, keluargaku, tentang kerusakan yang terjadi, itu adalah kejadian yang tak terelakkan, korban dan kerusakan yang terjadi adalah resiko dari perjuangan kami."

"Lihatlah dibelakangmu, orang yang terbunuh oleh ulahmu, dia juga berjihad, dia mengantar saudaranya mencari kerja, dia menjadi korban sesuatu yang kau labeli jihad,  jihadnya lebih murni daripadamu atau tidak? tapi dia tidak berteriak-teriak sepertimu."

"Jangan kau samakan jihadku dan jihadnya, dia apa, jihad recehan,  dia tidak memperjuangkan agama Tuhan, sedang aku, aku menegakkan agamaTuhan, Tuhanku, Tuhanmu juga kan?, bedalah dia dengan aku, aku lebih baik dari dia."

Penjaga pintu langit terdiam, memandang lurus ke arwah teroris itu, " Aku tidak punya hak untuk menilai jihadmu dan jihad dia, aku hanya diperintah untuk membuka pintu langit ini. Untuk dia yang tewas karena ulahmu, dia diperintahkan lewat pintu ini, dan belok kanan, untukmu, pintu langit juga dibuka, dan kau benar, kau beda dengan dia, kau lewat pintu ini dan belok kiri, Silahkan."

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun