Mohon tunggu...
Ariyulianto
Ariyulianto Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Belum terverifikasi :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Suka Duka Berburu Bangku Sekolah untuk Anak

20 Juli 2011   03:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tahun ini, putri kami lulus dari sekolah Mts swasta di Depok, pengalaman 3 tahun lalu memberi pelajaran kepada kami bahwa sekolah di Depok bukan perkara mudah, hanya ada 18 SMP negeri dan 8 SMA Negeri (2 SMA masih numpang kegiatan belajar-mengajarnya di sekolah lain) serta 2 SMKN, dimana 1 SMP berstatus RSBI dan 2 SMA juga berstatus RSBI, untuk itu kami memulai dari awal dengan memasukkan putri kami ke Bimbingan Belajar dengan harapan bisa meningkatkan nilai Ujian Nasional.

Kami memulai dengan menguji nasib di SMA RSBI di Depok, Untuk SMA RSBI, diadakan ujian mandiri, syaratnya beli formulir Ro. 100.000,- dan nilai raport SMP dari semester 1 hingga 5 minimal rata-rata 7,5, adapun syarat lainnya seperti memasukkan fotocopi sertifikat kejuaraan yg dimiliki cuma pelengkap, sekolah hanya fokus pada nilai saja, kalau nilai buruk, sertifikat lainnya tidak bermanfaat.
Untuk di SMA RSBI kami belum beruntung, gagal pada seleksi tes TPA dan tes akademik. jadi kami kemudian berfokus pada PPDB dengan sistem jurnal, alias adu nilai Ujian Nasional, siapa yang nilai ujian nasionalnya tinggi, pasti mudah masuk sekolah yang dituju.

Hari-hari ujian nasional kami fokuskan untuk kesehatan putri kami, persiapan yang cukup tanpa kesehatan bisa jadi bumerang. Diiringi doa dan ikhtiar dari putri kami, akhirnya putri kami lulus dengan nilai rata-rata 8,5. Naluri kami sangsi apakah bisa dengan nilai itu masuk ke SMA di Depok, mengingat banyaknya SMP/MTS Negeri dan Swasta dan sedikitnya bangku sekolah yang ada.

Dari sini, mulailah kami melirik kemungkinan putri kami untuk sekolah di Jakarta, cari sekolah yang berdekatan dengan Depok, untungnya informasi yang disediakan oleh Dinas Pendidikan Prov. DKI Jakarta cukup jelas dan lengkap dan bisa diakses dengan internet mulai dari aturan, prosedur, pendaftaran serta informasi lainnya, jauh sekali berbeda dengan Dinas Pendidikan Kota Depok, bisa dibilang minim informasi, situs pemerintah kota depok jarang sekali di update, bahkan untuk PPDB pada awal bulan Juni tidak bisa diakses, hanya menjelang pertengahan bulan baru bisa diakses dengan informasi tentang PPDB tahun lalu, lainnya tidak ada. Awal bulan Juli baru situs itu memberi informasi tentang PPDB.

Kami mencermati jadwal pelaksanaan PPDB di DKI, ada yang menarik yaitu PPDB SMA & SMK REGULER INKLUSI & PRESTASI bahwa siswa-siswi yang berprestasi dapat mendaftar langsung ke sekolah yang dituju bermodalkan sertifikat kejuaran yang bertaraf nasional atau provinsi.
Ada berkah bagi kami, kebetulan kami suka mengikut sertakan putri kami ke lomba atau kejuaraan seperti itu, tujuan kami adalah membiasakan diri bagi putri kami untuk memiliki mental berusaha dan bersaing, dan dari beberapa kegiatan tersebut putri kami pernah mendapat juara 3 nasional atas kejuaraan yang dilaksanakan oleh Pustekom-Diknas. Kami berharap dengan sertifikat itu bisa membuka jalan bagi putri kami untuk bisa mendaftar dari jalur tersebut.

Pada hari yang ditentukan kami langsung pergi ke sekolah yang dituju, di sekolah tersebut, ternyata sosialisasi tentang pendaftaran siswa dari jalur prestasi minim, namun berdasarkan jadwal yang telah ada, sekolah tersebut memproses pengajuan yang kami ajukan. Kami salut dengan sekolah tersebut karena Kepala Sekolah turut aktif mewancarai kami dan dibantu dengan Kepala TU kami dibantu hingga akhirnya kami bisa dinyatakan di terima di sekolah tersebut tanpa harus mengikuti prosen PPDB secara online.

Sejujurnya kami sangsi apa sebegitu mudah untuk bisa masuk SMA di Jakarta tersebut tanpa harus deg-degan melihat jurnal online, untuk cadangan bila ada sesuatu yang salah, kami mendaftarkan kan diri ke Madrasah Aliyah Negeri yang membuka pendaftaran gelombang ke dua. MAN memang tidak ikut jalur jurnal online seperti SMA Negeri, jadi untuk masuk MAN lewat jalur tes ujian mandiri. Namun biaya pedaftaran lumayan besar Rp. 300.000,- untuk formulir dan cek kesehatan. Hasilnya putri kami diterima di sekolah tersebut, namun ketika wawancara dengan pihak sekolah kami dikenakan biaya Rp. 8.000.000,- yang bisa dicicil hingga bulan OKtober, dan SPP sebesar Rp. 465.000,-. ini belum termasuk seragam harian dan buku-buku.

Menimbang biaya yang besar dan kesangsian diatas, kami putuskan untuk ikut PPDB di Depok, awal Juli sistus PPDB kota depok mulai siap dan memberi link ke situs pemerintah kota depok tentang PPDB. Kami mengunduhnya, dari pasal-pasal yang kami baca ternyata penerimaan siswa lewat jalur prestasi ada, bahkan nilai Ujian Nasional bisa ditambahkan dengan prestasi siswa dengan konversi sertifikat dan kejuaraan yang yang dimiliki.
Namun sayang kami tidak bisa menggunakan sertifikat yang dimiliki, karena untuk bisa menyertakan harus dilegalisir oleh pihak Dinas Pendidikan Kota Depok,dan ternyata jadwal yang ada pada unduhan tersebut telah kadaluarsa. karena jadwalnya telah lewat. Kami mencoba meminta kebijaksanaan Dinas Pendidikan Kota Depok, karena sebagai orang tua yang awam, sandaran kami hanya situs PPDB kota depok dan situs resmi Pemerintah Kota Depok, artikel tentang PPDB di depok di posting tanggal 27 juni 2011, sedangkan legalisir sertifikat kejuaraan tanggal 13 hingga 24 Juni 2011, dan disana tidak ada kebijaksanaan sama sekali, menurut Dinas Pendidikan Kota Depok, hal tersebut sudah disosialisasi saat Rapat dengan Unit unit yang ada dan server yang dikelola oleh Dinas Kominfo Kota Depok sudah dikunci dan akan berantakan jika ada perubahan.
Yang meminta kebijakan bukan hanya kami, saat itu ada lebih dari 5 orang yang mencoba meminta kebijaksanaan karena kami merasa sosialisasi dan transparansi tidak jelas, bahkan orang yang siswanya bersekolah di SMP negeri di Depok juga tidak tahu tentang hal itu. Yang kami pahami adalah Dinas Pendidikan Kota Depok adalah bagian dari Birokrasi, yang bisa berjalan dengan ketentuan yang mereka buat tanpa bisa membuat kebijakan. Jadi untuk anak yang berprestasi di Kota Depok, juga orang tuanya, anda juga musti berprestasi dengan mengejar informasi PPDB ke Dinas Pendidikan ketika pengumuman kelulusan,khususnya tentang penerimaan siswa berprestasi sebab jika terlambat, tidak akan ada kebijakan khusus, silahkan ikut jurnal online PPDB itu saja solusinya.

Hari terakhir kami mendaftarkan putri kami mengikuti PPDB di Depok, sambil melihat-lihat kira-kira sekolah mana yang bisa kami pilih sesuai dengan nilai putri kami. Satu hal yang cukup unik adalah, kami mendapatkan ada siswa di Depok yang bisa mendaftar jurnal di PPDB Depok dan juga terdaftar di PPDB Jakarta, dan jumlahnya lebih dari satu orang. entah bagaimana Dinas Pendidikan Kota Depok bisa membuat kebijakan seperti itu. Bagi kami itu rejeki mereka, dengan nilai UN yang tinggi, bisa saja hal itu terjadi, jatah 5% bagi siswa luar kota Depok pastinya hanya siswa yang nilainya tinggi saja yang bisa memperoleh jatah itu.

Hasilnya putri kami diterima di salah satu SMA Negeri di Depok, kami bersyukur, putri kami diterima di SMA di Jakarta, SMA di Depok dan MAN di Jakarta, dan putri kami memilih sekolah di SMA Jakarta.
Selebihnya kami serahkan ke putri kami untuk bersekolah yang dia inginkan. Kami mengorbankan waktu kerja kami untuk mengikuti semua proses mengejar bangku sekolah Negeri, terima kasih buat atasan kami yang memaklumi kami dengan memberi ijin.
Sungguh mencari bangku sekolah kini lebih rumit ketimbang waktu kami sekolah dulu, atau mungkin waktu itu kami masih seorang anak yang tidak berfikir seperti sekarang ini, bahwa dulupun orang tua kami seperti ini?.
Berapa biaya yang akan kami keluarkan di sekolah putri kami nanti, cuma di MAN saja yang kami tahu, sekolah lainnya belum bisa kami ketahui, alasannya biaya itu ditentukan dalam rapat orang tua murid, semoga saja tidak besar, itu harapan kami.
Selanjutnya Persiapan MOPD bagi putri kami, hari pertama kami antarkan dan kami tunggu sebentar, esok dia sendiri yang harus berjuang, untuk bisa berhasil demi masa depannya, kami hanya bisa mengiringi dan mendoakan, semoga dia berhasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun