“Wah, kau ini bisa-bisanya mengancam aku, silahkan saja itu cuma titipan, kalau memang rejekiku tidak akan kemana, meskipun engkau berusaha mencurinya dariku, kau tidak akan sanggup mengambil rejekiku dari ketentuan Tuhan!”
“HA… HA… HA… itu yang aku suka darimu Kadir, jalanmu lurus, sementara orang lain berusaha menemuiku dan memohon padaku untuk menjadi kaya raya dengan cara yang tidak benar!”
“Mereka bukan aku, apa peduliku?, tiap-tiap orang menempuh jalannya masing-masing!”
“Benar Kadir, Cuma keserakahan saja yang membuat mereka seperti itu, sepanjang nyawa masih melekat di tubuhnya, Tuhan menjamin rejekinya, itulah manusia serakah!”
“Ulah kau dan bangsamu juga membuat mereka serakah!”
“Aku hanya memberi jalan, niat ada pada mereka, di mata Tuhan niat lebih penting!”
“Niat mereka lemah, kau saja yang membuatnya jadi besar!”
“Selemah apapun niat tetap sebuah niat Kadir, dan akupun hanya akan memberi jalan kepada mereka yang berdampak besar bagi kerusakan umat manusia, terhadap orang yang berniat serakah, walaupun besar keinginannya, namun jika tidak membawa kerusakan besar, aku tidak akan terlalu peduli!”
“Jadi semua koruptor hasil didikanmu Ornias?”
“Ya, bahkan aku akan terpingkal-pingkal manakala mereka mengunakan uang itu untuk pergi Haji, membayar Zakat atau bersedekah, atau koruptor yang punya keyakinan berbeda, mereka mengunakan uang itu untuk kegiatan religius, aku hampir mati tertawa melihat polah mereka!”
“Kalau uang itu digunakan untuk kezaliman lainnya?”