“Jadi cerita itu benar adanya?”
“Tidak semuanya, tentang tetanggamu yang pemabuk dan suka berbuat maksiat itu, tidak ada yang tau, karena kejadian itu ada sebelum kau lahir Kadir, keluarganyapun telah pindah karena kemiskinan mereka, anehnya kini para tetanggamu juga “mabuk” ketakutan, padahal sebagai manusia yang dikaruniani akal oleh Tuhan, kenapa pula takut untuk cerita yang Cuma terjadi sekali, dan dijadikan patokan akan bahwa hal itu akan berulang-ulang terjadinya, dasar bangsa yang aneh, Ha… Ha… Ha….!”
“Kau tidak berhak mencela bangsa manusia hai Ornias!”
“Kau juga yang aneh, kenapa pula kau meminta bantuanku, bantuan bangsa jin, Tidak cukupkah Tuhanmu sebagai tempat untuk minta tolong?”
“Sial kau Ornias, selalu mengejekku!”
“Ha… ha… ha… Kau saja yang bodoh, Ha… ha… ha…!”
Kadirpun pergi sambil ngedumel atas kebodohannya dan kebodohan tetangganya yang punya rasa takut untuk perkara yang tidak masuk akal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H