Mohon tunggu...
Ariyanto Sudaya
Ariyanto Sudaya Mohon Tunggu... -

Olala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Desa di Awal Pagi

2 Maret 2014   14:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tirai bayang rinai lukisan mengambang
mutiara kecil bergelantungan didahan
embun enggan beranjak
mentari sembunyi sejenak

dingin terasa hawa disini
penghangat pagi secangkir kopi
kicauan burung melodi menggema
nyanyian merdu simponi jiwa

oh..
betapa terasa indah walau belum makmur
saat cahaya keemasan muncul di timur
laksana lukisan raksasa termegah berada
takkan kau jumpai bila hidup di kota

senyum sapa ramah penduduk desa
perbedaan sebagai penghias warna
bangga membawa cangkul kepematang
pulang riang walau hari sudah petang

pagi di desa bermandikan embun warna
siapapun pastinya kan terpesona
tak mampu terlukiskan dengan kata kata
walau sekalipun seorang pujangga
tak mampu merangkum jelas lukisan kata keindahan desa

di desa tiada pernah terjebak kemacetan
jalan berlumpur dan berlubang itu pasti
tiada sesak udara menghentak siang kekurangan oksigen
sang bayu selalu setia memberi kesejukan sampai nanti
banyak kata ingin dilukiskan
tapi tak cukup lembaran ini untuk menuliskan

pinggir rimba02,maret,2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun