senyum manis isteri mata sayu cukupkan menghantar
lelaki itu enggan berpaling saat menetes butiran perlahan
jauh dilubuk hati tersimpan perasaan khawatir
tinggalkan kekasih seorang diri bertemankan kesendirian
perih mengiris hati sang isteri saat memandang suaminya pergi
wajah yang dulu tampan kini di penuhi gurat kekhawatiran
walau sang suami pandai menyembunyikan raut kesedihan dari sang istri
kepekaan seorang wanita mampu membaca dengan perasaannya
lima belas tahun berlalu terasa lambatnya waktu itu
sang istri hanya mampu terbaring di ranjang diam membisu
pernah satu waktu sang istri ikhlaskan suami untuk mencari madu
jawaban sang suami menghancur leburkan bendungan airmata harumu
untuk apa?
apakah hanya untuk melampiaskan nafsuku semata
harus kukorbankan suka dan duka hidup yang telah kita jalani bersama
tidak istriku!
izinkan suamimu untuk merawatmu
sama seperti dulu saat engkau merawat dan melayani suamimu
butiran airmata tak mampu engkau bendung lagi saat itu
terharu dan bersyukur atas kebahagiaan yang diberikan-Nya kepadamu
terinpirasi dari kisah nyata seseorang yang jauh disana
pinggir rimba,12-maret-2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H