Mohon tunggu...
Eko A. Ariyanto
Eko A. Ariyanto Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Lahir Di Bumi Bung Karno Blitar Jawa Timur Saat ini bekerja sebagai Pengajar Tertarik pada kajian sosial budaya, politik, ketahanan, kepemimpinan, radikalisme

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyikapi Kemeriahan di Peringatan Hari Kemerdekaan

16 Agustus 2023   14:36 Diperbarui: 18 Agustus 2023   08:32 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen hari kemerdekaan yang dirayakan setiap tanggal 17 agustus selalu menciptakan kesan dan pengalaman yang spesial. Berbagai aktifitas dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak, bapak-bapak, maupun ibu-ibu. Semua usia turut andil menyemarakan  mulai dari yang muda, remaja, dewasa, hingga yang berusia tua. Mereka berkreasi dengan cara yang kreatif menunjukan kecintaan pada negeri ini.

Anak-anak kecil dikampung-kampung, di desa-desa maupun di kota merayakan momen ini dengan suka cita. Mereka mengikuti lomba-lomba tujuhbelasan dengan berbagai cara mulai dari balap kelereng, balap karung, memasukan pensil dalam botol, lomba makan krupuk, dan perlombaan lainnya. 

Selain diikuti oleh anak-anak, momen tujuh belasan ternyata juga dirayakan oleh generasi-generasi yang saat ini sudah tidak muda lagi melalui berbagai cara. Mereka juga tidak ingin kalah dengan event lomba-lomba yang diikuti anak-anak. Pada generasi jadul ini juga ingin menunjukan kebahagiaan melalui lomba-lomba yang tidak hanya unik, tapi juga sering memunculkan gelak tawa bagi mereka sendiri sebagai pemainnya atau bagi penonton yang melihatnya. 

Lihat saja bagaimana bapak-bapak yang sudah tidak muda lagi menggunakan daster milik istrinya untuk dipakai sebagai atribut mengikuti lomba. Bahkan dibeberapa tempat mereka lebih kreatif lagi dengan  mengikatkan terong yang sudah digantung pada seuntas tali diantara kaki mereka dengan fungsi untuk menendang atau mengarahkan bola. 

Ada lagi lomba yang selalu jadi primadona yaitu panjat pinang, demi mendapatkan hadiah yang tergantung diatas pohon pinang mereke rela saling menginjak, mengiklaskan pundak untuk dipakai sebagai tempat memanjat 3 hingga 4 orang. Kesulitan yang dihadapi tentu saja menjadi bertambah saat pohon pinang ini diolesi oli atau minyak goreng sehingga menjadi sangat licin untuk dipanjat.  

Hari kemerdekaan tujuhbelas agustus ini menjadi sarana menumbuhkan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, serta toleransi. momen tujuh belasan membuat kita semua larut dalam euforia sebagai anak bangsa yang merdeka. Masing-masing anak bangsa dimomen ini berusaha menunjukan kreativitas mereka dengan berbagai cara demi menunjukan jiwa nasionalisme dan rasa cinta Indonesia. Selain itu momen ini juga mendorong setiap orang berusaha mempersembahkan prestasi untuk hadiah kemerdekaan. 

Euforia di momen kemerdekaan idealnya tidak hanya ada disaat peringatan tujuhbelas agustus saja namun harus terus menjadi dasar kehidupan bermasyarakat. Sekat-sekat dimasyarakat yang disebabkan oleh munculnya stratifikasi sosial hendaknya tidak menjadi tembok pemisah. Kesadaran kolektif harus dibangun karena tantangan kedepan jauh lebih berat daripada saat ini. 

Bonus demografi harus dimaksimalkan sebagai modal kita menjadi negara maju tanpa melepaskan identitas sosial kita sebagai negara yang toleran, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, serta keadilan.  SEMOGA BERMANFAAT: MERDEKA........

Salam dari penults: Eko A. Ariyanto dan Sayidah Aulia UlHaque

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun