Mohon tunggu...
Ariyanto Gani
Ariyanto Gani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua HMI komisariat non eksakta nuku

Suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teh Sebagai Penenang Suasana

4 Agustus 2023   05:29 Diperbarui: 4 Agustus 2023   05:50 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            

                            Ariyanto A Gani

                     Pengurus Sabua Aksara

"Ai, mama so biking teh ini, bangun minum dulu baru abis mandi la baganti pigi sekolah". Ya, itu adalah ucapan yang sering disampaikan ibu kepadaku ketika bangun pagi. Ucapan ini bukan hanya tentang meminum teh, tetapi bisa ditafsirkan sebagai sarapan di kalangan masyarakat Maluku Utara. Karena jika dihampiri, maka yang tesedia di atas meja bukan hanya teh. Tetapi ada juga nasi dan roti sebagai pendamping teh.

Ibu selalu membuat teh sebagai penawar rasa lelah. Karena menurut ibu, teh dapat membuat tubuh menjadi rileks. Bahkan, ibu selalu membuat teh untuk menemani makan siang dan makan malam sekeluarga. Aku selalu menganggap bahwa teh adalah obat dari segala penyakit, serta hadir dalam segala keadaan. Aku berpikir seperti ini, karena berdasarkan pengalamanku di beberapa peristiwa , teh selalu menjadi hal pertama yang disajikan. Berkaitan dengan hal ini, aku teringat sebuah peristiwa yang menurutku cukup menarik untuk dibahas.

Sore itu, ketika aku dengan Apin (adik sepupuku) sedang duduk bersantai di teras rumah nenek, tiba-tiba kami berdua melihat tiga orang lelaki muda seumuran anak Sekolah Menengah Atas(SMA), sedang mengendarai sepeda motor dengan ugal-ugalan melintasi rumah nenek. "Ya kaka, dong itu abis dong jatong",ucap Apin dengan sedikit kaget. "Kase biar kabawa da bawalari motor talalu tu kase biar la jatong" tanyaku dengan raut wajah yang agak kesal.

Beberapa detik setelah mereka melintasi jalan depan rumah nenek, tiba-tiba kami mendengar suara gemuruh yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat kami duduk. Aku dan Apin lari menuju suara tersebut. Ternyata, setelah dihampiri, ketiga pemuda tadi mengalami kecelakaan karena ban motor yang mereka kendarai keluar dari lintasan jalan raya dan terpeleset hingga jatuh .

Melihat peristiwa itu, aku agak sedkit takut, mungkinkah kecelakaan mereka akibat dari doaku tadi?. Namun setelah kupikir-pikir, kurasa tidak. Mungkin itu karena mereka ugal-ugalan dan tidak fokus dalam mengendarai sepeda motor. Aku juga berpikir bahwa mungkin mereka bertiga mabuk. Namun setelah dilihat-lihat, mereka tidak mabuk, mereka memang sengaja ugal-ugalan tanpa tujuan yang aku sendiri tidak mengetahuinya.

Karena peristiwa itu, satu di antara keduanya mengalami luka yang cukup serius di bagain kepala dan langsung dilarikan ke puskesmas terdekat. Sementara dua lainnya, hanya sedikit lecet di bagian kaki dan tangan. Meski begitu, lampu depan sepeda motor yang mereka gunakan pecah dan tidak bisa berfungsi lagi.

Tak lama ketika aku dan Apin masih berdiri melihat-lihat lokasi kejadian, tiba-tiba ibuku muncul dari arah belakang. Mungkin karena suara ketika kecelakaan begitu besar, sehingga membuat banyak orang berkumpul di lokasi kejadian. "Ee bawa dong dua kasana di teras la obat dorang p luka di kaki deng tangan itu dlu", ucap ibu. "Di dong sapa pe teras mama?" tanyaku sambil memegang tangan salah satu pemuda. "Bawa di dong nene p teras sana suda", ujar ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun