Mohon tunggu...
ARIYANTO
ARIYANTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - HANYA ORANG INTROVERT

HANYA ORANG INTROVERT

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama

Pariwisata NTB: Modal Sosial Sangat Diperlukan dalam Pengembangan Destinasi Wisata Berkelanjutan

13 Desember 2022   13:37 Diperbarui: 13 Desember 2022   13:50 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulih Bersama. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

NTB kini menempatkan pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan prioritas penggerak perekonomian di daerah ini. Ada 99 desa wisata yang akan dikembangkan oleh Pemprov NTB sebagai sektor pariwisata unggulan di daerah yang terkenal dengan kekayaan alam dan budayanya yang mengesankan.

Namun, agar desa wisata tidak bersifat sementara, desa wisata harus dikelola dengan rasa tanggung jawab dan pelestarian budaya dan lingkungan dengan menerapkan praktik pariwisata berkelanjutan. Kesadaran semua stakeholder yang terlibat dalam pengembangan desa wisata diperlukan untuk memahami bahwa pariwisata berkelanjutan tidak hanya bertujuan untuk kesejahteraan ekonomi, tetapi juga memastikan terciptanya lingkungan yang bersih dan pemeliharaan budaya masyarakat.

Pariwisata berkelanjutan menekankan bahwa penduduk setempat harus terlibat dalam kegiatan pariwisata dan berbagi manfaat ekonomi, sosial, dan budaya secara adil, terutama dalam penciptaan lapangan kerja langsung dan tidak langsung.

Kebijakan kepariwisataan harus dilaksanakan dengan cara yang berkontribusi terhadap peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat di daerah yang dikunjungi wisatawan (Ardika, 2018). 

Pariwisata telah terbukti menjadi mesin ekonomi untuk pembangunan dan lokomotif perubahan sosial budaya dan lingkungan. Pariwisata harus mampu melestarikan budaya masyarakat dan menciptakan alam yang lestari dan lingkungan yang bersih. Dengan budaya yang menarik dan alam yang lestari serta lingkungan yang bersih, wisatawan secara alami senang dan nyaman akan berkunjung. Tentunya hal ini harus dilandasi dengan pemahaman bahwa NTB yang telah mendeklarasikan diri untuk menampung wisatawan dari berbagai belahan dunia harus dapat memberikan kenyamanan kepada wisatawan.
Pemerintah, penggiat dan pengelola pariwisata serta masyarakat harus bahu-membahu menciptakan suasana lingkungan alam yang bersih dan lestari untuk dinikmati wisatawan.

I Gede Ardika, dalam bukunya Jalan Merintis Pariwisata Berkelanjutan Melalui Masyarakat, menunjukkan bahwa pariwisata merupakan alat strategis yang berperan penting dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh PBB.

Menurut Kode Etik Pariwisata Global, pembangunan pariwisata dalam konteks pariwisata sebagai alat untuk pembangunan berkelanjutan harus melindungi lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan mendatang secara adil. Hidup dalam keseimbangan adalah moto pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan. Melestarikan alam tanpa mengeksploitasi alam dan lingkungan secara berlebihan merupakan keniscayaan yang harus dilakukan.

Pariwisata Bebas Sampah

Masalah sampah merupakan isu menarik dalam pariwisata yang memerlukan perhatian dan pengelolaan yang serius. Mencapai pariwisata tanpa limbah yang berkelanjutan adalah tugas besar untuk menjadikan Nusa Tenggara Barat sebagai surga wisata global. Hal ini juga dibenarkan oleh Wakil Gubernur NTB, Dr. Ir.Hj.Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd saat Rakornas Pengembangan Lima DPSP, Mandalika Jadi Prioritas Pusat.

Dalam sambutannya, wakil Gubernur yang juga fokus pada isu sampah dan kelestarian lingkungan melalui program NTB Zero Waste ini menekankan agar setiap Destinasi wisata harus mampu memberikan rasa aman, nyaman, kebersihan dan keramahtamahan (ntbprovgo.id, 02 Desember 2021).

Keindahan alam dan budaya NTB memiliki potensi besar untuk menjadi tujuan wisata unggulan Indonesia. Kita perlu mengangkat masalah sumber daya manusia dan kesadaran masyarakat akan potensi yang ada agar mereka merasa memiliki suatu destinasi. Kesadaran akan kelestarian lingkungan dan kebersihan destinasi wisata harus dimiliki masyarakat agar terwujudnya Zero Waste di setiap destinasi wisata.

Robert D. Putnam dalam Field (2010) menyatakan bahwa modal sosial merupakan bagian integral dari masyarakat dalam bentuk jaringan, kepercayaan, dan norma yang mendorong masyarakat untuk bertindak lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama.

Keterlibatan masyarakat dalam mengatasi masalah lingkungan dan sampah sangatlah penting. Kegiatan remediasi lingkungan di berbagai destinasi wisata merupakan bentuk nyata gotong royong yang menunjukkan modal sosial. Kebersihan bukanlah tanggung jawab pemerintah atau petugas kebersihan, tetapi masyarakat juga harus dilibatkan dalam menyelesaikan masalah ini. Pengelolaan sampah secara terpadu dengan berbagai pihak akan menciptakan kerjasama untuk mengatasi permasalahan sampah di destinasi wisata yang berbeda. Bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan dapat meningkatkan kepercayaan publik dalam mengatasi masalah yang ada.

Timbal balik tercipta melalui pertukaran yang saling menguntungkan dalam hal kebersihan dan kelestarian lingkungan untuk menciptakan harmonisasi dalam simfoni pariwisata. Oleh karena itu, pariwisata harus mengedepankan pelestarian lingkungan dan budaya yang menjadi tanggung jawab kita semua. Pariwisata berkelanjutan mendorong semua komponen pariwisata untuk melindungi alam dan lingkungan serta bertindak secara bertanggung jawab. Salah satu langkah konkret yang dilakukan upaya preventif untuk mewujudkan Zero Waste dan Sustainable Tourism adalah Green Tourism yang menekankan pada pariwisata yang lebih ramah lingkungan. Ini bisa dimulai dari sektor terkecil yaitu desa wisata harus berani memasang program wisata yang mengedepankan kearifan lokal melalui penggunaan fasilitas yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Barang yang hanya bisa digunakan satu kali sebaiknya diminimalisasi dan diganti dengan barang yang bisa digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.

Di sini peran warga lokal sangat penting, karena mereka adalah subjek dan objek tujuan wisata, maka pemberdayaan terhadap warga wajib di-support oleh pemangku kebijakan maupun lembaga swasta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun