Eksplorasi Konsep Topik 1 Filosofi Pendidikan IndonesiaÂ
Nama: Herliana Ariyanti Ewar
NIM: 2018260206
Tugas 1.4: Argumentasi Kritis
Setelah membaca tulisan Ki Hadjar Dewantara dan melihat video Pendidikan Zaman Kolonial, Anda membuat sebuah tulisan argumen kritis tentang: Argumentasi kritis (minimum 300 kata dan maksimum 500 kata )tentang gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan (Catatan Reviewer -- mohon dielaborasi maksud dari argumen kritis, misalnya untuk memberikan argumen kritisi itu membutuhkan referensi, data, fakta untuk membimbing mahasiswa sehingga ketika Dosen memeriksa hasil kerja mahasiswa dapat melihat acuan referensi yang disajikan).
Jawaban:
Pada zaman kolonial Belanda tahun 1854 beberapa bupati menginisiasi pendidikan dengan mendirikan sekolah kabupaten yang hanya diperuntukkan bagi calon pegawai. Pada saat yang bersamaan didirikanlah sekolah Bumiputera yang hanya memiliki 3 kelas. Rakyat hanya diajari membaca, menulis dan berhitung seperlunya dan hanya mendidik orang-orang pembantu dalam mendukung usaha dagang mereka. Pemerintah Hindia Belanda memberikan kelonggaran kepadacalon mudir dokter Jawa untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Pada tahun 1920 lahirlah cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran. Pada tahun 1922 lahirlah Taman Siswa Yogyakarta. Alasan didirikan Perguruan Tawan Siswa adalah sebagai alat mobilitas politik dan sekaligus sebagai penyejahtera umat.
Taman Siswa sebagai salah satu lembaga pendidikan yang didirikan Ki Hadjar Dewantara telah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan yang memerdekakan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi sistem pendidikan nasional. Kehadiran Ki Hadjar Dewantara dalam membangun Taman Siswa memiliki spektrum sejarah nasional, yang tak luput dari stretegi kebudayaan yang digelutinya. Beliau menjadikan Trikon (Kontinyu, konvergen, konsentris) dalam proses kebudayaannya. Kontinyu : berkesinambungan dengan masa lalu, Konvengen : bertemu secara terbuka dengan perkembangan alam dan zaman. Dan Konsentris : menyatu dengan nilai-nilai kemanusiaan, dunia.
Menurut KHD pendidikan yang mengena kepada bangsa Timur adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan, dan kebangsaan. Tiga hal inilah dasar jiwa KHD untuk mendidik bangsa dan mengarahkannya kepada politik pembebasan atau kemerdekaan. KHD menemukan istilah yang harus dipatuhi dan menjadi karakter, yaitu Patrap Guru, atau tingkah laku guru yang menjadi panutan murid-murid dan masyarakat. Perilaku guru dalam mendidik murid atau anak bangsa menjadi pegangan dan modal utama sehingga KHD menciptakan istilah yang kemudian sangat terkenal, yaitu: 1) Ing ngarsa sung tulada (di muka memberi contoh), 2) Ing madya
mangun karsa (di tengah membangun cita-cita),3) Tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya).
Ki Hadjar Dewantara menetapkan sistem dan model pendididkannya berbasis pada kebudayaan lokal-nasional. Beliau hendak mengangkat model pendidikan pribumi untuk menghadapi sistem pendidikan kolonial, selanjutnya digerakkan secara serentak untuk mencapai kemerdekaan nasional. Ada empat strategi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Pertama, pendidikan adalah proses budaya untuk mendorong siswa agar memiliki jiwa merdeka dan mandiri; kedua, membentuk watak siswa agar berjiwa nasional, namun tetap membuka diri terhadap perkembangan internasional; ketiga, membangun pribadi siswa agar berjiwa pionir-pelopor; dan keempat, mendidik berarti mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi kodrat alamnya masing-masing siswa.
Di bidang pendidikan, Ki Hadjar Dewantara memberikan tawaran alternatif mengenai sistem pendidikan nasional melalui teknik kepemimpinan dan Sistem Among dengan model Pawiyatan atau pondok asrama dengan corak nasional, yaitu : Perguruan Tamansiswa. Konsepsi Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang dilatarbelakangi jiwa kebangsaannya yang sangat kuat, dinamis, dan prosepektif serta berakar dari budaya sendiri merupakan konsepsi yang tepat bagi bangsa Indonesia. Itulah yang kemudian menjadikan Ki Hadjar Dewantara sebagai Pelopor Pendidikan Nasional dan hari lahirnya 2 Mei ditetapakan oleh Pemerintah sebagai Hari Pendidikan Nasional dan "Tutwuri Handayani" dijadikan semboyan oleh Departemen/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Demikian pula, atas jasanya yang sangat besar di bidang kebudayaan, Ki Hadjar Dewantara mendapat gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Kebudayaan dari UGM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H