"Tuh, kan... Selalu begini. Sudah kubilang aku tak mau berkebun lagi. Masih juga dipaksa."Â
Gadis tujuhbelas tahun itu merutuki jemari tangannya yang tengah buruk rupa. Cat kukunya tergores berantakan, kulit-kulit di sisinya sedikit mengelupas.Â
"Aku sebenarnya tidak suka menghabiskan liburan sekolah di desa. Sia-sia semua perawatan mahal yang aku punya." Manik masih mengomel, bibirnya berkumpul menyerupai kerucut.Â
"Daripada kau terus kesal, lebih baik ikut paman." si lelaki memberi isyarat agar Manik mengikuti dirinya.Â
"Kemana?"Â
"Bersenang-senang."Â
***Â
"Paman, sudah kubilang aku tak mau berkebun lagi!!"Â
Lelaki itu tersenyum.Â
"Kali ini kuku-kukumu tak akan rusak lagi, Manik sayang..."Â
Drrrrrrrrrrrr... Drrrrrrrrr... Drrrrrrrrrr...!!!Â
"Dan kau tidak perlu mengomel lagi."Â
Manik tak sempat mendengar, tidak juga sempat melihat. Darah menetes dari bilah chinsaw yang barusan menggagahi tubuhnya.Â
***Â
Â
0916, Ans-Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI