Tarian pertama adalah tarian sambutan tamu raja, kemudian wisatawan diajak berbaris kemudian berjalan sambil menari memberi persembahan kemudian mengambil beras dan melemparnya ke atas. Di tengah terik matahari, kegiatan menari ini tetap menjadi kegiatan menyenangkan, bahkan gerakan-gerakan tari tor-tor seperti 'naik sepeda motor' dan tarian seperti orang merumpi selalu kami ingat.Â
Menengok Kehidupan Masyarakat Batak 300 tahun lalu.
Di sana kami juga diajak masuk ke dalam rumah adat, ada banyak perabotan yang letaknya masih sama seperti 300 tahun lalu, dapur yang berada di tengah rumah dimana sekelilingnya akan menjadi tempat tidur anggota keluarga saat malam hari, bagian atas terdapat tempat menyimpan perobatan dan juga terdapat alat tenun yang digunakan wanita batak untuk menenun kain ulos yang beraneka ragam untuk berbagai kegiatan.
Selain Pohon Hau Habonaran dan tempat tinggal raja, kita akan melihat batu-batu yang di tata sebagai tempat persidangan untuk mengadili perkara. Terdiri dari kursi raja, kursi permaisuri, kursi tetua adat dan kursi terdakwa perkara kejahatan.
Gambar dan Lambang Penuh Makna
 Di Huta (kampung) ini kita akan menemukan gambar cicak dan empat buah payudara, gambar cicak atau gorga boraspati merupakan simbol  kebijaksanaan dan kekayaan. Gambar cicak diambil sebagai simbol karena para leluhur melihat bahwa cicak dapat hidup dimana saja dan dapat bertahan hidup meskipun dalam cengkraman kucing sekalipun. Ini menggambarkan laki-laki batak yang umumnya merantau ke daerah lain harus dapat bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dimanapun berada hingga meraih kesuksesan.