Meskipun tampak lebih semerawut karena bertambah banyaknya kendaraan serta banyaknya pedagang kaki lima, Kabupaten Lebak sudah banyak berkembang dibandingkan saat saya tinggalkan 20 tahun lalu.Â
Di sana sudah ada pusat belanja modern, yang diimbangi dengan berkembangnya toko-toko gadget dan elektonik, minimarket, apotik dan rumah sakit serta munculnya jenis kuliner yang biasa kita temukan di kota-kota besar, seperti fried chicken, donuts dan sebagainya.
Meskipun banyak kuliner baru, kuliner idola saat saya masih imut-imut tetap bertahan sampai saat ini, seperti mpek-mpek bumbu kacang "Mang Ade", yang saat saya kecil menjadi jajanan favorit. Karena jangkauannya anak SD, maka mpek-mpeknya hanya terbuat dari sagu, dipotong-potong setelah digoreng, ditusuk dengan tusukan sate kemudian diberi bumbu kacang. Selain bumbu kacang ada juga bumbu cuka, bila mau.
Kuliner yang bertahan lainnya adalah Es Campur Muin dan Mie Ayam Uun, yang berkembang hingga memiliki beberapa cabang di sekitaran kota Rangkasbitung. Satu lagi yang wajib dikunjungi adalah rumah makan Ramayana, yang terkenal dengan nasi rames, sate dan sotonya.
Oleh-oleh Lebak
Untuk oleh-oleh Lebak, saya pernah menulis lengkap di Kompasiana dengan judul "Mengenal Oleh-oleh dari Lebak, Banten." Silahkan menuju link yang saya cantumkan.Â
Kerukunan Beragama
Meskipun mayoritas penduduk di Kabupaten Lebak adalah umat muslim, namun di sana terdapat 4 gereja (3 Gereja Protestan, 1 Gereja Katolik) dan 1 Vihara yang sudah lama berdiri, dan tetap rutin menjalankan ibadah setiap minggu.Â
Semoga kerukunan umat beragama yang tetap terjaga disana akan terus terjaga sehingga masyarakat Kabupaten Lebak hidup damai dan sejahtera.
P dan F yang Tertukar, Bahasa Sunda dan Liwetan (Ngagonjleng)