"Ayam geprek petir level 2" jawab anak saya saat ditanya mau pesan apa lewat aplikasi pesan antar.
"Hah?! Memangnya ada level-levelan juga ayam gepreknya, pesennya dimana? Nama restorannya apa?" tanya saya bingung.
"Gak tau mih, koko  yang pernah pesen itu."
Akhirnya saya mengetik kata kunci "ayam geprek" pada menu pencarian yang terdapat di aplikasi, dan taraaaaaaaaaaaaaaa..... Â ada lebih dari 20 nama restoran yang menggunakan nama ayam geprek di sekitar lokasi rumah saya.
Lebih menarik lagi, satu restoran menyediakan beberapa variasi menu ayam geprek dan dengan nama yang cukup menarik, seperti ayam geprek petir level 1-3, ayam geprek lada hitam, ayam geprek leleh (maksudnya keju leleh), ayam geprek sambal matah, ayam geprek sambal roa dan masih banyak lagi jenis lainnya.
Setelah mengetahui nama restoran yang menjual menu ayam geprek seperti yang disebutkan si kecil, akhirnya saya pun memesan dua paket ayam geprek dengan dua menu,  satu untuk si kecil dan satu untuk saya yang memang penasaran  bagaimana bentuk dan rasa ayam geprek yang menjadi kesukaan anak saya ini.
Dengan harga Rp. 19.000 per paket, terdapat satu porsi nasi, ayam berlapis tepung yang hancur dengan diberi bumbu sambal diatasnya serta terdapat lalap daun selada dan timun.
Melihat ayam yang digoreng dan dalam kondisi hancur karena digeprek atau dipukul hancur dan diberi bumbu diatasnya, saya teringat ayam penyet dan ayam kalasan, yang sama-sama digeprek setelah matang, hanya berbeda jenis sambal atau bumbu yang diberikan.
Fenomena ayam geprek yang merajai dunia kuliner masyarakat urban saat ini tentu tidak terlepas dari hukum dunia usaha, semakin banyak diminati, semakin banyak yang menyediakan barang tersebut. Â Hampir sepanjang jalan di dekat perumahan-perumahan atau pertokoan kita lihat tempat makan yang menulis "ayam geprek", baik dalam bentuk usaha kaki lima hingga restoran "frenchise" milik para selebritis. Adapun alasan mengapa ayam geprek menjadi kuliner hits saat ini antaralain :
Daging Ayam Lebih Banyak Disukai
Dibanding ikan ataupun daging sapi, daging ayam cenderung lebih umum disukai masyarakat kita terutama remaja dan anak-anak, dan ini dapat kita buktikan dengan melihat tetap ramainya restoran-restoran yang menyajikan daging ayam sebagai bahan dasarnya. Selain lebih disukai, daging ayam juga cenderung lebih dapat diterima oleh semua kalangan, karena ada beberapa kalangan yang tidak diperbolehkan mengkonsumsi daging sapi.
Kombinasi Renyah dan Bumbu Pedas
Daging ayam yang dibalut tepung berbumbu kemudian digoreng akan membuat menghasilkan kerenyahan dan rasa yang gurih dan ditambah dengan ditambah sambal khas andalan masing-masing restoran yang umumnya pedas atau variasi bumbu lainnya menjadi santapan lezat untuk dikonsumsi bersama nasi.
Kuliner yang menyajikan menus sambal dengan berbagai level kepedasan juga masih menjadi menu yang digemari, karena kita dapat menentukan sendiri seberapa rasa pedas yang diinginkan, sehingga dengan kombinasi ayam goreng renyah dengan tambahan sambal yang bisa kita pesan berapa level kepedasannya menjadi pilihan favorit kids zaman now.
Harga Terjangkau Â
Harga paket ayam geprek tergolong terjangkau, umumnya berkisar Rp. 13.000 hingga Rp. 15.000 per potong, bahkan di kios kaki lima atau warung non-frenchise harga tersebut sudah mendapatkan seporsi nasi putih.
Untuk remaja sekarang, menyantap sajian ayam geprek juga bukan hanya untuk asal kenyang, tetapi juga dijadikan keseruan dan kesombongan berapa level pedas yang mampu dikonsumsi.
Untuk yang ingin berbisnis kuliner, dengan alasan-alasan yang saya sebutkan di atas, tampaknya sajian ayam geprek dengan variasi bumbu sambal masih bisa menjadi peluang besar untuk digeluti. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H