Teringat sebuah lagu anak-anak karangan ibu Soed yang liriknya menyebutkan demikian, "nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarung luas samudera, menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa." Lagu tersebut tentu diciptakan bukan tanpa dasar, melainkan berdasarkan fakta bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki wilayah 2/3 lautan dan 1/3 daratan, sehingga disebut sebagai negara maritim.
Sebagai negara maritim, maka semestinya kekuatan kita berada di lautan, karena laut memiliki banyak sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat, Â baik dalam bentuk energi, hasil laut maupun potensi wisata perairan.
Bibir pantai akan dipenuhi sampah plastik yang umumnya terdiri sampah plastik rumah tangga, berupa botol plastik, kemasan makanan plastik, kantong plastik belanja, dan berbagai jenis sampah plastik lainnya. Â
- Penduduk yang tinggal di dekat pantai langsung membuang sampah ke  laut.
- Wisatawan ataupun pedagang yang berkunjung di pantai membuang dan membiarkan sampah di pinggir pantai dan kemudian sampah tersebut terbawa arus saat air laut pasang.
- Laut yang menjadi muara aliran air sungai akan sekaligus menjadi muara dari sampah darat yang sengaja dibuang ke sungai atau jatuh ke sungai karena volumenya melebihi kapasitas dari daya tampung tempat pembuangan sampah.
- Butuh waktu berpuluh hingga ratusan tahun untuk proses penguraian sampah plastik, sehingga jumlah sampah plastik akan terus menerus bertambah  bila tidak dihentikan masuk ke laut.
Dampak buruk dari meningkatnya volume sampah plastik di laut saat ini bukan hanya menjadi masalah nasional namun sudah menjadi masalah internasional, dan posisi Indonesia yang menjadi penyumbang sampah laut terbesar kedua membuat pemerintah menjadikan masalah sampah laut ini sebagai kondisi darurat sehingga segera ditangani dengan serius.
Upaya serius yang dilakukan pemerintah untuk memerangi sampah plastik di laut antara lain dengan menerbitkan Perpres Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia, mengadakan gerakan Rencana Aksi Nasional (RAN) sampah plastik 2017-2025, kampanye memberantas sampah plastik laut, pengurangan produksi dan konsumsi kantong plastik.
Upaya pemerintah untuk memerangi sampah plastik tidak akan berhasil tanpa dukungan dan kepedulian kita sebagai warga masyarakat yang setiap harinya menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun sampah non organik.
Wujud kepedulian kita untuk menjaga kebersihan laut tidak perlu ditunjukkan dengan ikut berlayar dan mengambil sampah yang ada di laut, namun hanya cukup dengan mengubah prilaku, Â yaitu tidak membuang sampai ke laut atau ke sungai, mengurangi penggunaan plastik, dan bagi yang memiliki media sosial dapat ikut mengkampanyekan #lautkubebassampah sebagai ajakkan untuk sama-sama berperan dalam upaya membebaskan laut dari sampah.
Lautku Bebas Sampah, Biota Laut Terselamatkan
Hal-hal sederhana yang kita lakukan sebagai  wujud kepedulian untuk membebaskan laut dari sampah plastik  akan berdampak besar dalam mengurangi pencemaran yang dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem laut dan mengancam keberadaan biota laut yang sangat banyak jenis dan jumlahnya, karena sangat disayangkan bila laut kita yang terkenal memiliki keanekaragaman biota yang sangat banyak harus mengalami kerusakan dan kepunahan akibat pencemaran sampah laut.
Lautku Bebas Sampah, Keindahan Pantai Terpelihara
Selain menyelamatkan biota laut, bila laut bebas sampah, maka pantai pun akan bebas sampah dan karena bebas sampah maka pantai akan lebih nyaman dipandang dibandingkan pantai yang penuh sampah.
Saya pernah menulis mengenai pulau Kelor yang terletak di kepulauan seribu, Jakarta, yang bersih dan bebas dari sampah. Airnya yang jernih dan bebas dari sampah plastik membuat saya terkagum sekaligus bertanya mengapa pulau ini bisa berbeda kondisinya dibanding  pulau lain di kepulauan seribu.
Selain keindahannya pantai, keindahan terumbu karang dan kehidupan di bawah laut juga menjadi daya tarik wisatawan untuk melakukan olah raga air. Bila laut penuh sampah, jangankan ingin berenang atau menyelam, untuk datang saja mungkin tidak ada yang mau.
Kita dapat mencegah kerugian besar hanya  dengan sedikit mengubah prilaku, yaitu dengan mengurangi penggunaaan plastik, memanfaatkan sampah plastik agar bisa didaur ulang, dan tentunya tidak membuang sampah ke sungai dan ke laut. Untuk dapat melakukannya kita harus mencintai laut, karena sama seperti saat jatuh cinta kepada seseorang, maka kita akan selalu mengingat dan akan melakukan apapun untuk yang kita cintai.
Agar laut bebas sampah, kita perlu mengingat laut setiap kali akan memproduksi dan membuang sampah.
 Berapa kali sehari kita mengingat laut? Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H