Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Tuhan dan Aku" di Era Ponsel Pintar

6 September 2017   15:48 Diperbarui: 9 September 2017   12:38 2289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, di tahun 90-an, ketika kakak saya hendak berangkat ibadah haji, ibu saya begitu berat melepasnya, seolah hendak melepas anaknya ke medan perang untuk berjuang, karena saat itu, ketika berangkat ke tanah suci, tidak ada alat komunikasi yang dapat dipakai untuk memberi kabar atau menerima kabar. Dan, ketika kakak saya kembali ke tanah air dengan selamat dan sehat, ibu saya menyambutnya dengan rasa haru dan bahagia.

Kemudian ketika era ponsel "belum pintar" hadir, rasa khawatir pihak keluarga yang ditinggal ibadah ke tanah suci sedikit berkurang karena komunikasi  dapat dilakukan meskipun sedang berada di tanah suci, walau hanya sekali atau dua kali karena biaya telepon saat itu masih sangat mahal.

Selanjutnya, ketika era ponsel pintar hadir,  semuanya berubah. Tidak perlu lagi ada rasa khawatir karena komunikasi dapat dilakukan dengan mudah dan murah, cukup dengan media chatting keluarga di tanah air dapat memberi dan menerima kabar. Bahkan dapat melihat langsung kondisi fisik dengan sambungan video call.

Sumber gambar : devicare.com
Sumber gambar : devicare.com
Kemudahan berkomunikasi tentu memberi dampak positif karena semua perkembangan yang terjadi di tanah air dapat terpantau terutama bila meninggalkan anak-anak yang masih kecil, dan hal ini dapat menghilangkan rasa khawatir sehingga dapat melakukan ibadah dengan tenang.

Tidak Lagi Hanya "Tuhan dan Aku"

Kebaikan yang diberikan oleh si ponsel pintar ternyata diekori oleh godaan-godan yang akhirnya memberi celah dirinya untuk masuk di antara " Tuhan dan Aku".

Ponsel pintar yang dilengkapi dengan kamera, memudahkan kita untuk mengabadikan setiap kegiatan termasuk saat melakukan ibadah. Kegiatan ibadah yang saya maksud bukan hanya saat ibadah haji, namun ibadah setiap agama, baik ibadah di gereja, pura, vihara, karena tidak jarang kita melihat ada yang sibuk melakukan foto-foto padahal saat itu sedang dilakukan kegiatan doa.

Selain kamera, kita juga dapat membaca kitab suci melalui ponsel pintar, karena sudah tersedia aplikasi yang berisi kitab suci yang dapat kita pilih dan unduh. Dengan adanya aplikasi yang berisi kitab suci, banyak yang memilih untuk tidak lagi membawa kitab suci dalam bentuk buku ke gereja, karena merasa sudah ada di dalam ponsel. Namun sayangnya, saat tiba waktunya membaca kitab suci, kita akan tergoda untuk membuka aplikasi lainnya terutama media chatting atau media sosial, terutama bila mengetahui ada pemberitahuan pada aplikasi tersebut. Akhirnya, konsentrasi  terganggu dan fokus kita berpindah untuk menjawab pesan, dan akhirnya si pintar menjadi pihak ketiga yang mengganggu ibadah kita kepadaNya.

Hadirnya si ponsel pintar juga membuat ibadah kita tidak lagi menjadi prinsip "cukup Tuhan yang tahu", karena seringkali foto-foto saat kita beribadah menjadi konsumsi orang banyak sebab diunggah di media sosial.  Atau, tidak sedikit yang membagikan informasi bahwa ia sedang beribadah dengan melakukan "chek in" di tempat media sosial.

Kehadiran grup chatting  juga menjadi godaan yang dapat menjadikan si ponsel pintar menjadi pihak ketiga antara "Tuhan dan Aku". Notifikasi yang muncul sering kali menggoda untuk kita membuka isi pesan saat berada di tempat ibadah meskipun hanya sekedar untuk membaca.  

Selain itu, si ponsel pintar juga membuat  banyak waktu ibadah  tercuri hanya karena kita harus menjawab atau membaca pesan yang dianggap penting atau dianggap menarik, walau saat berada di tanah suci sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun