Foto di atas bukanlah hasil jepretan seorang fotografer ataupun pemilik ponsel pintar, melainkan hasil karya anak-anak pantai di Tanjung Aan, Lombok yang bila dilihat penampilan fisiknya kita tidak akan menyangka bahwa mereka memiliki kemampuan mengarahkan gaya dan mengoperasikan kamera pada ponsel pintar dengan sangat baik.
Bukan hanya sekedar bisa memotret dengan kamera ponsel pintar, tetapi mereka juga bisa mengarahkan gaya sehingga bisa menghasilkan foto rekayasa yang disesuaikan dengan kondisi alam di Pantai Tanjung Aan. Selain itu mereka juga memahami fitur yang terdapat dalam aplikasi kamera ponsel sehingga bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan hasil foto unik dan keren.
Tiba di Pantai Tanjung Aan, seperti biasa kami berfoto dengan berbagai gaya, dan anak-anak kecil tersebut mulai mendekati dan mengomentari apa yang kami lakukan.
Melihat penampilan fisik anak-anak tersebut, jangankan mau memberikan hape untuk dipakai ambil foto, mempercayai apa yang diucapkan saja mungkin sulit, dan kami menganggapnya sebagai guyonan.
Rupanya tanpa patah semangat mereka terus mengomentari gaya kami dan cara kami mengambil foto dan akhirnya kami pun mulai merelakan ponsel kami dipegang dan dipakai untuk mengambil gambar.
Bukan hanya satu anak yang bisa, tetapi cukup banyak anak yang mampu melakukannya bahkan anak yang saya lihat masih tergolong kecil sudah sangat mahir menggunakan ponsel dan mengarahkannya. Mereka juga bisa menilai mana hasil foto yang bagus, sehingga ketika terlihat hasilnya kurang bagus mereka akan meminta kita untuk mengulang.
Berikut adalah hasil foto karya mereka :
Sambil melakukan foto-foto, saya pun menanyakan kepada mereka pertanyaan tersebut. Jawabnya hampir sama, mereka belajar sendiri, melihat para turis yang melakukan foto-foto di Pantai Tanjung Aan.
Karena masih penasaran, pulang dari Pantai Tanjung Aan saya langsung bertanya kepada pemimpin perjalanan mengenai anak-anak ini.
Informasi yang saya terima, bahwa dulunya anak-anak ini hanya menjual gelang sambil meminta belas kasihan dari para turis yang datang, namun kemudian ada turis asing yang berkata kepada anak-anak ini bahwa untuk mendapatkan uang, mereka harus punya keterampilan yang bermanfaat sehingga pengunjung akan memberi mereka uang atas hasil usaha bukan hasil meminta-minta. Turis asing tersebut akhirnya mengajari mereka memotret termasuk trik menghasilkan foto rekayasa, dan sejak itu mereka memperhatikan turis-turis berfoto disana dan sesekali belajar dari pemandu perjalanan.
Anak-anak ini tidak ada yang mengorganisir sehingga semua berjalan secara alamiah, dan mereka tidak menentukan jumlah uang yang harus diberikan, meskipun ada beberapa anak yang ikut minta diberi lagi meskipun sudah diberi oleh pengunjung lain.
Dengan hasil foto yang bagus, tentu pengunjung akan memberi uang yang lebih besar daripada sekedar memberi karena belas kasihan, dan point pentingnya mereka anak-anak pintar yang seharusnya bisa dibimbing ke arah yang positif dan diperhatikan oleh pemerintah setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H