Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Perubahan Hidup Setelah Menikah dan Punya Anak

13 September 2016   11:13 Diperbarui: 4 Oktober 2016   11:35 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejatinya menikah merupakan sebuah proses penyesuaian diri dua insan untuk saling mengerti dan memahami, serta saling mendukung dalam menjalankan peran masing-masing, dimana laki-laki menjadi imam atau kepala rumah tangga dan istri menjadi pendamping dan penolong untuk sama-sama membawa keluarga yang dibentuk menjadi keluarga sehat, sejahtera dan bahagia.  

Dalam perjalanan proses penyesuaian diri tersebut,  kedua pribadi yang telah berkomitmen untuk hidup bersama biasanya akan mengalami perubahan hidup, terutama setelah hadirnya keluarga baru, buah hasil cinta, yaitu anak. Keduanya akan menjadi orang yang lebih bertanggung jawab dalam hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, melainkan hidup untuk keluarga yang dicintainya.

Tidak hanya merasa bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup secara finansial, tetapi secara emosional juga akan mendorong diri sendiri untuk hidup lebih sehat untuk keluarganya. 

Dalam acara Soyjoy Cut Carbo Luncheon pada tanggal 8 September 2016 dan di video Youtube Demi Bjorka, #E01 Beratnya Bjorka, Ringgo Agus Rahman dan istrinya Sabai, bercerita bahwa kehadiran anaknya Bjorka membuat mereka berkomitmen untuk hidup sehat demi Bjorka. Ringgo merasa gaya hidup dan pola makannya selama ini tidak terkontrol, dan terbukti dengan berat badannya yang tergolong dalam kategori obese satu.

Tingginya angka berat badan membuat Ringgo sadar akan bahaya penyakit yang akan menghampirinya, terutama Diabetes karena neneknya juga menderita diabetes. Untuk menguranginya Ia pernah mencoba cara dengan melewati sarapan, namun cara ini ternyata membuat pola makannya malah semakin tidak terkontrol. Merasa sudah melewati sarapan, maka saat makan siang dan malam, merasa bebas untuk makan sepuasnya dan kebiasaan untuk makan kenyang dengan menambah porsi nasi tidak dapat dihindari.

Tidak jauh berbeda dengan Ringgo dan Sabai, setelah menikah dan menerima kehadiran anak pertama kami yang kini berusia 16 tahun,  banyak perubahan yang terjadi dalam hidup saya dan suami, kami menjadi lebih dewasa secara mental dan bertanggungjawab serta merasa bahwa hidup kami tidak lagi untuk diri sendiri, tetapi juga untuk anak-anak. Secara fisik, kami juga mengalami perubahan berat badan terutama saya, yang sudah tiga kali hamil dan melahirkan.

Seiring bertambahnya usia, membuat kami sadar bahwa untuk dapat mendampingi kedua putra kami (anak ketiga meninggal dunia) hingga dewasa kelak, kami harus hidup sehat dan menghindari penyakit yang muncul akibat kelebihan berat badan. 

Berbagai cara untuk mengurangi berat badan pernah saya lakukan, dari mulai hanya mengkonsumsi suplemen herbal, hingga melewatkan sarapan, namun hasilnya berat badan hanya akan turun sementara karena saya merasa lapar dan menderita bila harus tidak mengkonsumsi nasi.

Mengurangi Konsumsi Karbohidrat/Diet Karbohidrat (Cut the Carb)

Bukan hanya Ringgo dan saya, mungkin sebagian besar orang Indonesia akan merasa berat untuk mengurangi konsumsi karbohidrat, karena bukan saja terbiasa merasa baru kenyang bila sudah makan nasi, tetapi juga disuguhkan makanan dan jajanan yang mengandung karbohidrat. Contohnya, olahan beras menjadi berbagai jenis nasi seperti nasi uduk, nasi ulam, nasi hainam, lontong sayur, buras, ditambah dengan olahan tepung dalam bentuk mie, bihun, kwetiau, gorengan, roti, bolu dan ini kita temui dimana saja dan kapan saja saat  di rumah ataupun di luar rumah.

Kita sering tidak menyadari bahwa tubuh dengan berat badan normal hanya membutuhkan karbohidrat 300 gram per hari, dan untuk berat badan berlebih hanya 180 gram per hari, dan kelebihan konsumsi karbohidrat akan menyebabkan kadar gula darah meningkat sehingga menaikkan risiko menderita diabetes. Oleh sebab itu, tidak heran bila 4 dari 6 penderita diabetes tidak menyadari bahwa dirinya menderita diabetes.

Cara Mudah Mengurangi Konsumsi Karbohidrat

contoh makanan high GI dan Low GI - dokpri
contoh makanan high GI dan Low GI - dokpri
Di acara Soyjoy Cut Carbo Luncheon yang mengupas Life Changing Moment After Married, kami dikenalkan dengan Glycemic Index/Glikemik Indeks (GI) yaitu skala atau angka yang diberikan kepada makanan tertentu berdasarkan seberapa cepat makanan tersebut meningkatkan kadar gula darah. Semakin tinggi GI, semakin cepat meningkatkan gula darah. Contoh makanan dengan GI tinggi adalah nasi, roti, biskuit, kue tart.

Berbeda dengan makanan dengan GI tinggi, makanan dengan nilai GI rendah, akan dikonsumsi perlahan dan akan memberi efek positif positif bukan hanya pada saat itu, tetapi juga dapat meningkatkan respon glikemik postprondial (PPGR) untuk periode makan berikutnya, yang disebut side second effect (efek makan kedua).

Mengkonsumsi makanan rendah GI akan membuat tubuh lebih carb-toleran saat periode makan berikutnya, sehingga porsi makan diperiode berikutnya dapat dikurangi. Contoh makanan rendah GI adalah kacang-kacangan seperti almond dan kedelai, protein telur, ikan, daging dan buah-buahan seperti apel, jeruk, pear.

Mengkonsumsi makanan ringan GI rendah dua jam sebelum makan dapat membantu kita mengurangi setengah porsi kabrohidrat pada saat makan besar, dan contoh makanan ringan GI rendah adalah Soyjoy , karena terbuat dari kedelai yang kaya akan serat dan protein sehingga dicerna perlahan oleh tubuh sehingga bisa mengontrol nafsu makan.

Bila sebelumnya saat sarapan pagi jam 6-7 kita makan nasi uduk dan lauknya dengan jumlah 100 gr karbohidrat, kemudian jam 10 ngemil pisang goreng + teh manis dengan jumlah 70 gr karbohidrat, makan siang jam 12 dengan mie ayam komplit 100 gr karbohidrat, jam 3 sore martabak manis dan syrup dengan 100 gr karbohidrat, dan malam nasi goreng dengan 100 gr karbohidrat maka total karbohidrat yang kita konsumsi 470 gr per hari.

Namun, bila kita sarapan dengan sereal gandum utuh dengan susu tanpa lemak (85 gr karbohidrat), jam 10 ngemil Soyjoy 13 gr kabrohidrat, siang nasi putih setengah porsi dengan daging sapi lada hitam (50 gr karbohidrat), sore jam 3 ngemil kacang-kacangan seperti kedelai (16 gr karbohidrat) dan malam nasi setengah porsi dengan sup ayam (50 gram karbohidrat) maka total karbohidrat yang dikonsumsi hanya 214 gram. 

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Seperti Ringgo yang berkomitmen untuk hidup lebih sehat demi Bjorka dengan menjaga pola makan dengan mengurangi konsumsi karbohidrat, maka saya dan suami akan memulai hidup lebih sehat untuk keluarga tercinta. Bagaimana usaha Ringgo memulai hidup sehat demi keluarga dapat kita ikuti di Youtube Channel dalam 6 episode Demi Bjorka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun