Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pulau Laki yang Terlantar

8 Mei 2016   22:29 Diperbarui: 9 Mei 2016   06:22 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pulau Laki

Sebenarnya saya termasuk yang tidak suka berlibur saat long weekend yang identik dengan macet dan penuhnya tempat wisata. Namun, mengingat tempat tujuan sangat dekat karena masih di kota tempat tinggal, maka saya pun menyetujui untuk mengisi satu hari libur dengan pergi ke Tanjung Kait.

Di Tanjung Kait sendiri kami tidak dapat turun ke pantai mengingat air yang sudah berwarna coklat dan tidak bagus untuk anak-anak bermain air, sehingga saat itu kami hanya makan siang di pondokan yang terbuat dari bambu dan berada dipinggir laut.

Setelah makan siang kami ditawarkan untuk naik perahu menuju Pulau Laki dengan biaya Rp. 50.000/orang untuk pulang pergi. Saat ditanya ada apa di Pulau Laki, calo yang menawarkan jasa  naik perahu hanya menjawab bahwa disana lebih bagus dan lebih bersih airnya daripada di Tanjung Kait dan tidak banyak orang. Karena baru mendengar nama pulau tersebut, ditambah dengan penasaran seperti apa pulau tersebut akhirnya kami setuju untuk pergi ke Pulau Laki dengan perahu. 

 

Perahu dari Tanjung Kait, Mauk Tangerang

Setengah jam perjalanan berlayar menggunakan perahu dari Tanjung Kait, kamipun tiba di Pulau Laki. Di sepanjang perjalanan laut terhampar beberapa pondokan yang terbuat dari bambu yang disusun sedemikian rupa untuk tempat orang memancing. 

Menuju Pulau Laki

Tiba di Pulau Laki yang kami temui hanya sekelompok anak muda sedang duduk memancing, selain itu tidak ada tanda-tanda aktivitas manusia di pulau itu. Pinggir pantai yang sebenarnya indah (abaikan gambar orangnya :D) hampir semua tertutup oleh sampah-sampah yang terbawa oleh air laut, meskipun airnya masih sangat jernih, tidak ada ombak yang besar,  dan layak untuk digunakan bermain. 

 

 

Dari keterangan awak perahu yang membawa kami, saya ketahui bahwa di pulau ini dulu sering di kunjungi turis asing dan di dalamnya terdapat penginapan hingga diskotik, namun sekarang sudah tidak berpenghuni. Selain itu pulau ini juga pernah menjadi tempat latihan tentara, sehingga siapapun yang hendak menuju pulau harus mendapat pengawalan, namun sekarang sudah tidak ada kegiatan apapun kecuali menjadi tempat untuk mancing.

Saat pulang saya pun segera mencari informasi melalui mbah Google, dan ternyata informasi yang dberikan awak perahu benar adanya, bahwa Pulau Laki yang luasnya 30 hektar ini pernah menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi pada tahun 1988.  

Melihat keindahan alam di pulau ini, sungguh sangat disayangkan bila pulau ini tidak terawat bahkan sampah-sampah yang hampir menutupi pinggir pantai tidak ada yang membersihkan dan alangkah baiknya bila bisa dimanfaatkan kembali menjadi objek wisata mengingat jarak tempuh hanya setengah jam dari Tanjung Kait. 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun