Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terima Kasih Ina Si Nononk

4 Maret 2016   12:57 Diperbarui: 4 Maret 2016   13:22 2576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber : jateng.tribunnews.com"][/caption]

Jagad maya kembali dihebohkan dengan berita seorang anak remaja mengunggah foto berdua dengan pacarnya di sebuah kamar (sepertinya sebuah kamar hotel), di atas tempat tidur layaknya suami istri yang habis melakukan hubungan intim.

Sebenarnya heboh berita remaja mengunggah foto atau video kegiatan yang seharusnya belum boleh mereka lakukan sudah ada sebelum ini, bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi kemudian kita akan melupakan kejadian tersebut dan kembali heboh bila ada kasus baru semacam ini muncul kembali.

Seperti yang saya sudah tulis di artikel ini, bahwa kasus kenakalan remaja yang berhubungan dengan pornografi sudah ada sejak dulu, bahkan sering kita temukan berita ada remaja yang harus putus sekolah hanya karena hamil saat masih duduk di SMP.

Saya kutip kembali kalimat pada tulisan tersebut, “Sebenarnya, fakta bahwa anak sekolah terkontaminasi dengan konten pornografi sudah ada sebelum adanya ponsel, yaitu dengan mereka mengakses buku stensilan berbau pornografi atau berkelompok menyaksikan film biru di salah satu rumah yang orang tuanya sedang tidak ada. Namun, karena saat itu tidak ada alat untuk merekam dan tidak ada media untuk menggunggah apa yang mereka lakukan, sehingga masyarakat tidak dihebohkan dengan kenakalan-kenakalan mereka.”

Perbedaaan dulu dan sekarang adalah adanya media sosial dan adanya sarana untuk mereka merekam apa yang mereka lakukan kemudian dengan sengaja atau bisa juga dilakukan oleh orang lain disebarkan melalui media sosial, hingga akhirnya sejagad maya mengetahuinya, kemudian dengan cepat langsung menghakimi dan berkomentar “Kemana orang tuanya?”

“Kemana orang tuanya?”, orang tua mereka tentu tidak ada saat mereka melakukan hal itu, dan tentu akan mencegah bila mengetahui anaknya akan berbuat yang tidak boleh dilakukan, karena tidak ada orang tua yang mau membiarkan anaknya melakukan hal yang belum boleh  mereka lakukan dan yang merugikan diri mereka sendiri.

Bila kalimat “kemana orang tuanya?” dimaksudkan untuk sebuah penghakiman dengan anggapan mereka tidak becus mengurus anak dan mendidik mereka, maka tentu kita harus bertanya ke dalam diri sendiri dulu sebagai orang tua, apakah kita yakin bahwa anak kita tidak akan melakukan hal serupa? Apakah kita sudah membekali anak-anak kita sehingga yakin mereka tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh?

Anak-anak yang melakukan hal yang mengejutkan seperti yang dilakukan dua anak remaja di gambar itu belum tentu menjadi anak yang nakal atau bermasalah di rumah, sehingga orang tua akan menganggap mereka baik-baik saja, dan sudah sering kita temukan anak yang terlihat penurut di rumah, justru yang sering mengalami kasus seperti ini dan akhirnya membuat orang tuanya kaget dan bingung.

Salahkah Ponsel Pintar?

Dengan munculnya kembali berita semacam ini apakah kita akan kembali menyalahkan ponsel pintar, kemudian melarang anak di bawah umur memilkinya? Bila pertanyaannya demikian maka saya akan menjawab bahwa kehadiran ponsel pintar, murah dan mudahnya akses internet sebenarnya hanya memudahkan mereka untuk memenuhi rasa ingin tahu mengenai seks namun dengan cara yang salah, dan  mencoba meniru apa yang dilihatnya dengan merekam kegiatan yang seharusnya tidak boleh dilakukan, karena sesuai usianya, dasar keingintahuan mereka tentang seks mulai muncul seiring dengan hadirnya masa pubertas, yang menyebabkan muncul perubahan secara fisik dan non fisik, termasuk pada organ reproduksi.

Mengapa bisa di Hotel?

Meskipun tidak bisa menutup kenyataan, bahwa kegiatan hubungan intim dapat dilakukan dimana saja, tetapi pertanyaan besar yang hadir di benak saya, bila benar gambar tersebut diambil di sebuah kamar hotel,  mengapa mereka bisa cek-in di hotel, padahal pada saat cek-in, hotel akan meminta KTP, dan dengan usia yang terlihat masih tergolong remaja tentu belum memiliki identitas. Apakah pihak hotel hanya fokus pada penerimaan uang tanpa memperhatikan hal-hal lain diluar aturan? Atau ada pihak lain yang membantu mereka untuk cek-in?

Terimakasih Ina Si Nononk

Meskipun saya merasa miris saat melihat berita yang menghebohkan tersebut, sebagai orang tua saya berterimakasih kepada Ina Sinononk, karena atas kejadian ini banyak orang tua  diingatkan untuk mencari anak-anaknya terutama mereka yang memiliki anak remaja dan mengingatkan mereka kembali mengenai apa yang baik dan tidak baik untuk dilakukan, apa yang boleh dan tidak boleh serta belum boleh untuk dilakukan, juga akibat-akibatnya.

Kasus ini juga kembali mengingatkan kita terutama dunia pendidikan untuk memberikan informasi dan edukasi anak-anak remaja mengenai pendidikan seks yang benar agar mereka tidak mencari informasi sendiri untuk memenuhi keingintahuan.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun