Dalam sebuah cerita film atau drama, ajakan menikah sering dijadikan bagian akhir cerita membahagiakan, dan penonton akan ikut merasakan kebahagian tersebut. Bukan hanya saat menyaksikan sebuah film, bila kita mendengar cerita teman atau kerabat yang diajak nikah dengan cara yang romantis, secara tidak langsung tentu kita akan ikut merasakan kebahagiaannya.
Namun ternyata, ajakan nikah tidak selalu membuat orang yang diajak menikah tersebut merasa senang atau sukacita, tapi bisa juga membuat galau bahkan berujung pada putusnya sebuah hubungan, penyebabnya antara lain :
Tidak Siap Secara Finansial
Kegalauan karena ketidaksiapan finansial umumnya terjadi di pihak laki-laki, apalagi bila belum memiliki rumah, dan tabungan yang cukup untuk biaya pesta pernikahan.
Untuk pasangan yang memiliki orangtua yang mau dan mampu membiayai pesta pernikahan, belum tentu tidak merasa galau karena masalah finansial ini, karena ketika diajak menikah maka yang muncul dibenaknya adalah  biaya rutin rumah tangga yang harus bisa ditanggung serta biaya kebutuhan rumah tangga lain yang kemungkinan bisa terjadi setelah berumah tangga.  Â
Pendamping Tur di Tiongkok pernah bercerita bahwa pemuda Shanghai harus bekerja keras dan menghasilkan uang yang banyak sebelum melamar atau mengajak nikah kekasihnya, karena syarat mengajak nikah seorang gadis Shanghai, pemuda tersebut harus sudah mandiri (lepas dari orang tua) dan sudah memiliki rumah ( harga rumah di Shanghai sangatlah mahal).  Bisa dibayangkan betapa galaunya pemuda Shanghai, bila kekasihnya sudah mengajak menikah tetapi belum siap secara finansial.
Tidak Siap Secara Mental
Kesiapan mental untuk membina rumah tangga tidak ditentukan berdasarkan usia, ada yang usianya tergolong muda tetapi sudah merasa siap berumah tangga, dan bisa menghadapi masalah yang terjadi saat berumahtangga.Â
Kegalauan saat diajak menikah terjadi umumnya karena orang tersebut merasa takut kehilangan kebebasan setelah dirinya berumah tangga, baik karena harus mengurus anak ataupun harus terikat aturan yang ditetapkan oleh pasangan.
Selain itu ketidaksiapan mental saat diajak menikah juga dapat disebabkan karena pernah mengalami trauma melihat kegagalan rumah keluarga, teman atau kerabatnya.
Pilihan Berkarier atau Menikah  Â
Kegalauan juga dapat terjadi bila ajakan menikah datang saat karier sedang bagus, dan pasangan menginginkan setelah menikah harus berhenti berkarier atau mempriortaskan rumah tangga, apalagi bila selama belum menikah bisa memiliki penghasilan yang tinggi dan bebas menggunakan untuk apa saja.
Bisa juga galau karena saat ajakan menikah datang, kita sedang merencanakan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi dan merasa akan sulit membagi waktu untuk menyelesaikan kuliah bila sudah berumah tangga.
Tidak Yakin Secara Personal
Pacaran tidak selalu membuat orang mengetahui dengan baik karakter pacarnya, karena ada juga yang pacaran hanya untuk main-main atau tidak untuk dibawa kehubungan yang lebih serius. Bila merasa belum mengenal secara baik karakter orang yang mengajaknya, maka akan timbul kebimbangan apakah akan menerima ajakannya atau tidak, apalagi bila secara finansial orang yang mengajaknya menikah ini sangat bagus, makan akan timbul pertanyaan apakah harus disia-siakan atau diterima tetapi belum tentu akan bahagia.
Pindah ke Lain Hati
Kegalauan untuk menerima ajakan menikah atau tidak juga akan muncul bila hati orang yang diajak menikah tidak lagi seratus persen mencintai kekasihnya. Ada yang diam-diam sedang mendekati dan merasa orang tersebut lebih baik dari kekasihnya selama ini.
Berada dibatas antara ingin putus tetapi menerima ajakan menikah tentu akan menjadi sebab kegalauan yang luar biasa, karena orang baru yang mendekatinya belum tentu akan serius menjalin hubungan dan mengajaknya menikah.
Bagaimana sebaiknya?
Menikah merupakan keputusan serius yang harus dipertimbangan secara matang, karena bila salah memilih pasangan maka kita akan menyesal selama menjalani pernikahan, sehingga munculnya kegalauan menjadi hal yang amat wajar dialami setiap orang yang memutuskan akan menikah.
Karena orang yang kita nikahi adalah jodoh yang diberikan Tuhan, maka ada baiknya sebelum memutuskan mengajak dan diajak menikah kita bertanya kepada Tuhan, apakah dia adalah jodoh saya atau dengan kata lain kita berdoa meminta petunjuk Tuhan.
Komunikasi dan keterbukaan adalah jalan terbaik untuk mengatasi kegalauan, karena setelah dikemukakan dengan terbuka akan ada jalan keluar, meskipun pada akhirnya jalan keluar yang dihasilkan adalah putus hubungan, maka kita dapat berkesimpulan bahwa dia bukanlah jodoh kita.
 --
sumber gambar newshdwallpapers.in
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H