Taksi yang membawa Mey menuju kantor melaju perlahan, macetnya ibukota tidak berkurang meski jelang libur akhir tahun.
"Macet ya Pak?" Sebuah pertanyaan pembuka percakapan keluar dari bibir Mey, lantaran dilihatnya wajah supir taksi yang kurang sehat.
"Iya Non, padahal sudah banyak yang liburan."
"Keluar jam berapa Pak dari pangkalan?"
"Dari semalam non, sudah seharian belum tidur?"
"Kenapa Pak? Memangnya sebelum narik gak tidur dulu?"
"Gak bisa tidur neng, siang harus nunggu istri di rumah sakit, ini badan sudah meriang, tapi saya minum obat dua kali, lumayan mendingan."
“Kenapa istrinya, Pak?"
"Mau melahirkan, tapi pembukaannya gak naik-naik, kalau operasi biayanya mahal non."
"Ooh, semoga lancar melahirkannya ya, Pak, Bapak juga harus berobat dan istirahat, bahaya bawa kendaraan kalau kurang tidur."
"Ini ongkosnya, Pak, terima kasih ya." Seraya menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu kepada supir taksi kemudian turun di depan lobby kantor.
--
Setibanya di kantor, dilihatnya ruangan Fernando masih kosong sehingga Mey memutuskan untuk melihat onde yang tertinggal di dalam kulkas.Â
Dikeluarkannya dua bungkus onde dari dalam kulkas, kemudian dibuka dan didekatkan ke hidung. Tampak onde dalam bungkusan sudah mengeras dan berlendir, sepertinya sudah tidak layak untuk dimakan hingga Mey memutuskan membawa kedua bungkus onde tersebut menuju tempat sampah untuk dibuang.
"Apa yang kamu buang Mey?"
Tanpa menjawab, Mey menoleh ke arah asal suara kemudian segera berbalik dan berdiri tegak.
"Onde kemarin Pak, sudah basi." Jawab Mey masih dengan rasa kaget.
"Oooh.. sayang ya dibuang."
"Habis basi Pak, Bapak Tumben ke pantry."
"Mau ambil mangkok, tadi saya mampir beli bubur karena belum sarapan, office boy sepertinya masih sibuk dan kamu gak ada di meja."
"Hihihi maaf Pak."
 Tanpa menjawab, Fernando mengambil mangkok dan meninggalkan Mey sendirian di pantry.
--
Tidak ada rencana yang diagendakan Mey untuk mengisi libur Natal tahun ini, dan seperti tahun-tahun sebelumnya tidak akan ada tamu yang akan datang ke rumah Mey saat Natal, dan sama seperti tahun lalu, mungkin Mey dan mama hanya akan ke gereja di malam Natal, setelah itu makan malam dan pulang ke rumah.
Daftar pekerjaan Mey hingga awal tahun pun tidak banyak, karena Fernando akan cuti mulai besok hingga minggu pertama tahun baru.Â
"Kamu gak cuti akhir tahun Mey?" Tanya Fernando saat menghampiri meja kerja Mey sebelum pulang
"Nggak Pak, nanti saja tahun baru Imlek, biasanya banyak tamu yang datang ke rumah karena papa dan mama sama-sama anak pertama."
"Ooh.. Ok deh, selamat Natal dan Tahun baru ya"
"Sama-sama Pak, selamat Natal."
--
Malam Natal tiba, hampir seluruh kursi di gereja terisi penuh, lilin Natal dinyalakan saat lagu malam kudus dikumandangkan dalam suasana penuh hikmat.Â
Kotbah Natal yang mengingatkan kembali kelahiran bayi Yesus dengan cara sederhana mengingatkan Mey pada istri sopir taksi yang mengantarnya kemarin.
"Semoga bayi itu sudah lahir selamat." Doa Mey dalam hati.
Ibadah usai, Mey dan mama bersiap meninggalkan gedung gereja dan berjalan perlahan menuju tempat parkir. Saat berjalan, sambil sesekali memberi salam kepada jemaat yang hadir ibadah, Mey bercerita mengenai sopir taksi yang mengantarnya kemarin.
"Non.. Non..." Terdengar teriakan seorang laki-laki dari arah belakang
Mey menoleh ke belakang, terlihat seseorang berlari mendekat ke arahnya dan masih dengan nafas yang terengah-engah, laki-laki itu berkata, "Non yang kemarin naik taksi saya khan, ini non saya mau kasih kembaliannya, uang non lebih satu lembar, ongkosnya cuma 200 ribu non." Seraya merogoh saku bajunya
"Oooh .. Bapak sopir taksi yang kemaren?"
"Iya, tadi saya lihat non waktu ibadah, makanya saya kejar untuk kasih kembalian uangnya."
"Bapak ibadah disini juga? Gimana bayinya Pak? Sudah lahir?"
"Puji Tuhan sudah Non, makanya saya sempatkan ibadah sebagai ucapan syukur saya kepada Tuhan, ini uang non saya kembalikan."
"Syukur atuh Pak, gak usah dikembalikan, memang sengaja saya lebihkan untuk bapak berobat."
"Ooh.. Terima kasih banyak kalau begitu non, saya sudah sehat."
Tiba-tiba mama membuka dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan, dan mengulurkan tangan menyerahkan kepada sopir taksi.
"Ini Pak, tolong belikan keperluan untuk bayi Bapak, sebagai hadiah Natal dari kami."
Sopir taksi terdiam, uang pemberian mama tidak diambilnya. Perlahan Mey mendekat dan meraih tangan sopir taksi untuk menerima uang pemberian mama.
"Terima saja Pak, sebagai hadiah Natal kami untuk si kecil, salam untuk istri Bapak ya, semoga cepat pulih."Â
Sambil tersenyum dan dengan rasa terimakasih, diambilnya uang pemberian mama, seraya berkata, "Terima kasih Bu, terimakasih Non, kelahiran normal anak saya saja sudah jadi kado Natal buat kami. Pesan non akan saya sampaikan ke istri saya. "
"Selamat Natal Pak.." Ujar Mey sambil tersenyum dan mengulurkan tangan
"Selamat Natal Non, selamat Natal Bu." Jawab sopir taksi sambil menyalami Mey dan Mama.
Kemudian mereka berpisah, Mey dan Mama melanjutkan perjalanan sambil bergandengan tangan, diiringi senyum bahagia.
--
 sumber gambar : tribunnews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H