“Hati-hati copet.”
Demikian kalimat yang selalu dipesankan pendamping perjalanan setiap kami akan turun bus dan menuju pusat perbelanjaan di Tiongkok.
Berada di tempat asing yang sama sekali belum dikenal, ditambah dengan adanya peringatan untuk berhati-hati terhadap copet, tentu membuat saya menjadi lebih waspada. Ponsel saya masukkan ke dalam tas, dan untuk mengambil gambar, saya gunakan kamera saku yang dapat dimasukan ke dalam saku jaket bila tidak akan digunakan, sedangkan untuk berbelanja, saya sediakan dompet khusus dengan nilai uang secukupnya. Sepanjang perjalanan menyusuri pasar atau pusat belanja, tas selalu berada di depan tubuh dan selalu saya pegang dan pastikan dalam kondisi terkunci.
Kehilangan paspor dan ponsel adalah hal yang paling saya takuti selama disana, karena terbayang betapa repotnya bila harus kehilangan kedua barang tersebut, meskipun tidak ingin pula kehilangan uang dan barang-barang lain.
Selain copet, yang saya takuti adalah hipnotis, karena sudah pasti kita akan kehilangan segala-galanya bila sudah terkena hipnotis. Untuk menghindari terkena hipnotis, saya selalu mengkonsentrasikan pikiran dan fokus dengan apa yang saya hadapi, bila ada pedagang yang mulai menepuk-nepuk bahu saya, dengan spontan saya langsung menepis dan menghindar.
Sepulang dari sana, saya melihat seseorang yang menaruh dompet di saku celana, dengan ukuran dompet yang lebih besar dari saku (lihat gambar). Melihat kondisi tersebut, saya kemudian membandingkan dengan apa yang saya lakukan selama berada di negara orang lain, dan akhirnya terlintas apa penyebab orang bisa kecopetan.
Merasa aman hingga tidak waspada
Menyimpan dompet di belakang saku celana, dengan ukuran yang melebihi saku celana tentu sangat berisiko, selain jatuh juga bisa mengundang orang lain untuk melakukan kejahatan, yaitu mencopet. Alasan kenapa orang tersebut berani menyimpan dompet ukuran besar di saku belakang tentu karena merasa bahwa tempat dimana Ia berada adalah tempat yang aman, yang biasa dikunjungi dan orang-orang yang ada di sana adalah orang-orang yang dikenalnya.
Begitu juga dengan para penumpang kereta atau bus yang sudah terbiasa menaiki kereta dan bus yang sama, tentu akan merasa aman karena selama ini tidak pernah ada kejadian buruk yang terjadi disana, sehingga tanpa takut mereka akan mengeluarkan ponsel dan bermedsos selama perjalanan. Berbeda halnya bila kita adalah penumpang baru, yang jarang atau baru pertama kali naik kereta atau bus tersebut, tentu akan lebih waspada, karena merasa tempat tersebut bukanlah tempat yang aman untuk bermedsos atau mengeluarkan ponsel.
Hal yang sama terjadi saat kita makan di restoran atau warung cepat saji, terkadang karena merasa ada teman atau kerabat yang sedang duduk disana, maka tanpa pesan apa-apa kita meninggalkan tas disana, dan akhirnya copet akan mudah mengambil barang-barang bahkan tasnya sekaligus karena saat itu teman atau kerabat yang tadinya ada di meja, tiba-tiba ada keperluan lain dan meninggalkan meja serta tas kita yang tertinggal, atau bisa juga saat itu teman atau kerabat sedang asik dengan gadgetnya dan tidak memperhatikan aksi copet tersebut.
Kehilangan Fokus
Sudah menjadi rahasia umum bila aksi copet dilakukan dengan jalan mengalihkan perhatian, namun banyak pula yang terkena copet tanpa ada pengalihan perhatian apapun. Contohnya, saat mengeluarkan ponsel dari tas, dan tiba-tiba mendapat berita yang seru, akhirnya perhatian lebih kepada isi berita di ponsel dan tidak memperhatikan sekeliling, parahnya mungkin tas lupa untuk ditutup kembali.
Kejahatan timbul karena ada kesempatan, dan terkadang tanpa sadar kesempatan tersebut diciptakan oleh diri kita sendiri, jadi jangan salahkan copet, karena copet hanya memanfaaatkan kesempatan yang kita ciptakan sendiri. Berhati-hatilah dimanapun kita berada, karena copet bisa ada dimana saja, meski ditempat yang kita anggap paling aman sekalipun.
Gambar milik pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H